Rabu, 01 Januari 2014

Analisis Pementasan Teater Kosong "Lalu Aku"--Dipentaskan di ISI Surakarta



Theatrical Poetry Reading “Lalu Aku”
Analisis Pementasan Teater Kosong
Disusun Guna Melengkapi Tugas
Mata Kuliah Telaah Drama
Pengampu : Drs. Albertus Prasodjo, M.Sn


Oleh :
M. Syafii E
C0210041

 
A.    Pendahuluan
1.   Pengertian Teater
Kata Teater berasal dari kata Yunani kuno “theatron” yang secara harfiah berarti gedung, tempat pertunjukan, stage (panggung),maupun pusat persembahan. Teater bisa juga diartikan mencakup gedung, pekerja (pemain dan kru panggung), sekaligus kegiatannya (isi-pentas/peristiwanya). Sementara itu, ada juga yang mengartikan Teater sebagai semua jenis dan bentuk tontonan, baik di panggung maupun arena terbuka.
Secara singkat dapatlah diberikan definisi terhadap Teater yaitu suatu kegiatan berekspresi yang bertolak dari alur cerita. Teater bisa juga diartikan sebagai drama, kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas yang dipertunjukkan dengan menggunakan tubuh sebagai medium utama, sedangkan dalam proses penciptaannya digunakan unsur gerak, suara, bunyi dan rupa (wujud) yang disampaikan kepada penonton.
Teater Kontemporer Indonesia mengalami perkembangan yang sangat membanggakan. Gerakan ini terus berkembang sejak tahun 80- an sampai saat ini. Konsep dan gaya baru saling bermunculan. Semangat kolaboratif yang terkandung dalam seni teater dimanfaatkan secara optimal dengan menggandeng beragam unsur pertunjukan yang lain.
Teater Kosong adalah salah satu teater kontemporer yang didirikan oleh Radhar Panca Dahana sekitar seperempat abad yang lalu. Teater ini memang tidak selalu menampilkan pentas-pentas teater dalam pengertian drama yang menggunakan naskah konvensional, tetapi juga memanggunggkannya secara teatrikal karya-karya fiksi pendiri dan sutradaranya, Radhar, baik yang prosa maupun puisi. Seiring waktu, pertunjukkan yang berdasar pada karya-karya fiksinya terus berlanjut, saat ia menerbitkan buku-buku kumpulan puisi atau cerpennya, seperti Lalu Waktu, Masa Depan Kesunyian (cerpen), Lalu Batu dan yang paling terbaru yang akan di ulas disini adalah “Lalu Aku”.
Setelah pertunjukkan terakhirnya, Republik Reptil yang diselenggarakan di Jakarta, Jogja dan Surabaya pada Tahun 2010 lalu, yang sedikit mengisahkan tentang korupsi para petinggi-petinggi pemerintah, institusi, penegak hokum, dan lembaga-lembaga Negara lainnya, kali ini Radhar Panca Dahana dan teater kosong kembali mengagungkan karya terbarunya, yaitu “Lalu Aku”.
Pertunjukkan ini merupakan sebuah Theatrical Poetry Reading dari kumpulan puisi terbaru Radhar dengan judul yang sama. Sebuah tradisi pertunjukkan yang selalu dilakukan Radhar untuk mengiringi penerbitan buku puisinya, sejak kumpulan pertama, Simfoni DuaPuluh tahun 1985. Semuanya ditujukan bagi pengakraban puisi pada masyarakat dengan bentuk yang lebih berwarna dan menghibur, serta penafsiran yang merangsang makna lebih dalam dan akan di ulas analisis di bawah ini.

A.    Analisis Isi pementasan “Lalu Aku”

Teater Kosong
Theatrical Poetry Reading “Lalu Aku”
Karya dan Sutradara : Radhar Panca Dahana
Pembaca puisi : Glenn Fredly, Olivia Zalianty, Putri Bastama, Meritz Hindra, Lisza Syahtiani, Radhar Panca Dahana
Penata Musik : Arafat Ensemble
Penata Busana : Samuel Wattimena
Penata Wajah : Yudari
Penata lampu & Artistik : Aidil Usman
Konsultan Koreografi : Jecko Siompo

1.   Suara-intonasi
Kedua unsur ini berkaitan dengan pengujaran, yaitu cara berujar para pemain. Konvensi tester modem Indonesia agaknya menghendaki agar pemain mengartikulasikan ujaran dengan sangat jelas, lambat tetapi keras sehingga sering berkesan dibuat-buat. Hal itu berpengaruh pada dialog yang kadang lebih berkesan sebagai monolog.
Cara berujar meliputi juga tinggi rendahnya nada suara serta intensitas volume suara dan intonasi. Konvensi tersebut harus pula dikenal penonton yang menafsirkan pesan yang ingin disampaikan tokoh selain merangkaikannya dengan 'cerita'.
Dalam pementasan “Lalu Aku” tersebut, suara dan intonasi pembacaan puisi yang diucapkan dengan menggunakan microfon ketika pementasannya terdengar samar-samar, suara tersebut dari kejauhan, terutama dari lantai atas terdengar tidak jelas apa yang diucapkan. Hal itu juga terlihat saat Radhar memerankan joke-nya, ketika dia memberikan ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu ikut terselenggaranya pementasan tersebut dan mulai menghidupkan sebatang rokok. Dengan demikian, apa yang disajikan dibalik kumpulan puisi Radhar kurang tersampaikan dengan baik kepada penonton.

2.   Mimik-tingkahan-gerak
Unsur yang masih berkaitan dengan pemain ini jua tunduk pada konvensi teater. Ketiganya juga sangat berkaitan dengan pengujaran, karena dapat menyertai cakapan, melanjuti atau mendahului ujaran atau sebaliknya menyanggah ujaran. Selain itu, mimik, tingkahan atau gerak yang dilakukan tanpa ujaran juga 'dibaca' sebagai sebuah kata, kalimat, atau wacana.
Sebagai contoh, gerakan menunjuk yang menyertai ujaran "Itu" berfungsi menekankan ujaran dan bersifat berlebihan. Efek jenaka dapat timbul bila gerak berlebihan, seperti tindakan tokoh yang melompat-lompat dan menimbulkan bahan tertawaan bagi penontonnya. Dengan demikian, secara keseluruhan pementasan, mimik-tingkahan-gerak yang dipertunjukkan sudah terkesan baik.

3.   Rias wajah-rambut dan kostum
Dalam pementasan Lalu Aku ini, tat arias wajah diampu oleh mbak Yudaria. Tata rias tokoh-tokoh tersebut terlihat mengesankan dan sedap dipandang. Dalam artian tat rias wajah dan rambut sudah sesuai dengan apa yang diperankan.
Dalam tata busana, diampu oleh Samuel Wattimena. Masyarakat mengenal sosok Samuel sebagai fashion designer dan piñata busana film yang penuh dengan kehidupan glamour. Tetapi dalam pementasan ini, tokoh-tokoh cenderung mengenakan kostum yang tidak berkesan glamour, hanya terkesan warna-warni dan terlihat mengesankan.

4.   Tata cahaya
Beralih dari segi pemain, kita sekarang menengok unsur-unsur yang lebih berkaitan dengan ruang panggung. Dari urusan tata cahaya, pementasan ini ditangani oleh Mohammad Aidil Usman, lelaki macho berdarah minang yang sangat peka pada rasa keadilan. Dalam pementasan itu juga, terkesan warna yang kadar gelap dan terang diterapkan berimbang. Hingga terciptanya ramuan tata cahaya yang selaras, harmonis dan estetis ketika pembacaan puisi berlangsung.

5.   Musik - Bunyi-Bunyian
Dalam pementasan tersebut, iringan musik ditangani oleh Yaser Arafat, seorang lulusan STSI Padangpanjang. Bunyi-bunyian semua dikuasai olehnya. Efek bunyi dan musik yang membawakan suasana lakon telah lahir bersama dengan kelahiran teater itu sendiri. Sejak bunyi genderang manusia primitif hingga jalur suara dari film mutakhir, unsur-unsur auditif ini telah memberikan sumbangan yang banyak demi terciptanya suasana kreatif pada lakon.
Apabila kita perhatikan naskah-naskah cerita drama, baik yang kuno maupun yang baru, niscaya kita jumpai catatan petunjuk-petunjuk tata bunyi seperti misalnya bunyi musik perlahan-lahan, bunyi terompet yang keras, tembakan gencar, bunyi hujan diriingi guruh, suara azan sayup-sayup, anjing menggonggong, suara tangis bayi, dan masih banyak lagi contoh yang bisa kita kemukakan. Bunyi-bunyian itu mengiringi adegan sedih, suasana meriah, peristiwa cinta kasih, dan peristiwa kejutan yang mengerikan di dalam lakon.
Harus diingat bahwa bunyi-bunyian itu bertujuan untuk menghidupkan secara kreatif suasana lakon, tidak sebaliknya. Banyak sekali kita melihat latar belakang musik pada sebuah pementasan dipilih-disusun tanpa mempelajari tema naskah, tahap pengetahuan elementer perihal musik, dan dibunyikan pada momen-momen yang kurang tepat atau terlalu keras.

B.     Penutup

Pertunjukkan ini mengetengahkan tidak kurang dari 18 puisi-puisi terbaru karya Radhar Panca Dahana, yang terkumpul dalam buku “Lalu Aku”, diterbitkan oleh penerbit Gramedia Pustaka Utama, Juli 2011, bersamaan dengan pentas atau pemanggungannya Lalu Aku ini.
Dalam pementasan, Puisi-puisi tersebut dibawakan dalam bentuk pembacaan dramatik (dramatic reading), yakni sebuah model pembacaan yang menggunakan kekuatan-kekuatan artistic seni teater, dimainkan oleh aktor-aktor teater Kosong. Dengan bentuk pemanggungan ini, puisi akan tampil dalam bentuk lain, dengan simbolisme yang lebih kaya, indah dan entertaining. Pemahaman pada kata-kata pun akan menjadi lebih kuat sehingga makna yang didapat pun lebih dalam.
Dalam pentas dramatik yang dipenuhi kekuatan visual, karakter, koor, dan koreografi ini, puisi-puisi Radhar juga tampil dalam bentuk yang melodius. Dibawakan dengan cara yang khas oleh para penyanyi yang tergolong terbaik dalam jenisnya, seperti Iwa K, Yockie Suryoprayogo dan Glenn Fredly.
Sebagai pendukung kekuatan artistik teatrikalnya, pentas ini juga didukung oleh peñata-penata artistik yang mumpuni dalam bidangnya, seperti Jecko Siompo dalam koreografi, Samuel Wattimena dalam tata busana, dan Jalu G Pratidina (music score). Dengan demikian, pentas pertunjukkan teatrikal baca puisi “Lalu Aku” menjadi bentuk lain atau alternatif dari model-model pembacaan puisi yang sudah lama dikenal di negeri ini. Lebih menghibur dan lebih bermakna dalam penyajiannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar