1. RARA JONGGRANG
Jenis : Legenda
Nara
sumber : www.dongengperi.co.nr
Asal : Jawa Tengah
Pada jaman dahulu kala di Jawa Tengah terdapat sebuah kerajaan bernama Prambanan.
Meski kerajaan Prambanan bukanlah kerajaan besar tapi rakyatnya hidup senang
dan tentram karena dipimpin oleh seorang raja yang bijaksana. Raja Prambanan
memiliki seorang putri yang sangat cantik dan dicintainya, bernama Roro
Jonggrang. Kabar kecantikan Roro Jonggrang sudah tersebar ke banyak negeri
tetangga. Banyak pangeran dan bangsawan yang sudah mengajukan pinangan, tapi
belum ada yang berhasil memikat hati sang putri.
Suatu hari kerajaan Prambanan dikejutkan
dengan datangnya serangan dari pasukan kerajaan Pengging yang dipimpin seorang
pemuda tampan tapi bengis bernama Bandung Bondowoso. Meskipun sudah bertahan
sekuat tenaga, pasukan kerajaan Prambanan semakin terdesak oleh pasukan
kerajaan Pengging, hingga akhirnya pasukan kerajaan Prambanan pun kalah. Sejak
saat itu kerajaan Prambanan menjadi daerah jajahan kerajaan Pengging.
Di bawah kepemimpinan Bandung Bondowoso,
rakyat Prambanan hidup menderita. Mereka ketakutan karena Bandung Bondowoso
memerintah dengan tangan besi. Siapa pun yang berani melawannya pasti akan
dihukum berat. Roro Jonggrang sangat sedih melihat penderitaan rakyatnya namun
dia tidak bisa berbuat banyak.
Bandung Bondowoso sudah mendengar tentang
kecantikan Roro Jonggrang. Ia sangat tertarik untuk membuktikan kebenaran
berita itu. Suatu pagi, Bandung Bondowoso datang ke prambanan untuk menagih
upeti. Ia melihat seorang gadis cantik sedang berada di taman. Sinar mentari
pagi menyinari wajah cantik sang gadis, angin mempermainkan rambutnya yang
panjang dan kemilau.
“Apakah saya sedang bermimpi bertemu
dengan bidadari yang turun dari kahyangan?” tanya Bandung Bondowoso.
Roro Jonggrang terkejut dan menghentikan
keasyikannya memainkan bunga – bunga mawar di depannya.
“Bukankah kamu Roro Jonggrang,” tanya
Bandung Bondowoso. “Aku sudah mendengar tentang kecantikanmu dan sekarang aku
sudah membuktikan sendiri.
Kamu memang cantik. Kamu pantas untuk
menjadi pendampingku. Maukah kau jadi permaisuriku?”
Roro Jonggrang terpana mendengar
permintaan Bandung Bondowoso yang tidak disangkanya. Dia bingung menjawabnya.
Dia khawatir jika dia menolak keinginannya, Bandung Bondowoso akan menyakiti
keluarga dan rakyat Prambanan. Namun dia juga tidak mau menyetujui keinginan
Bandung Bondowoso yang sudah menjajah negerinya.
“Maafkan saya,” kata Roro Jonggrang.
Diremasnya tangannya sendiri untuk menekan kemarahan yang menyesakkan dadanya.
“Saya tidak bisa menjawabnya sekarang. Permintaanmu terlalu mendadak. Saya
harus memikirkannya dulu.”
“Apa yang harus dipikirkan lagi?” tanya
Bandung Bondowoso.
“Bukankah suatu kehormatan buatmu bisa
menikahiku, Bandung Bondowoso, raja yang sakti mandraguna.”
“Saya ingin mempersiapkan hati saya untuk
bisa menerima posisi saya sebagai pendampingmu,” kata Roro Jonggrang
diplomatis.
“Oh baiklah kalau begitu.” Bandung
Bondowoso tertawa senang. “Aku memberimu waktu 3 hari untuk mempersiapkan
hatimu.”
Roro Jonggrang memeras otaknya untuk
mencari jalan keluar bagaimana menolak permintaan Bandung Bondowoso. Dia
memohon kepada Tuhan untuk menolongnya. Akhirnya Roro Jonggrang mendapat ide.
Pada hari yang dijanjikan, Roro Jonggrang menghadap Bandung Bondowoso.
“Bagaimana? Apakah hatimu sudah siap untuk
menjadi istriku?” tanya Bandung Bondowoso.
“Saya bersedia menjadi istrimu.” Roro
Jonggrang mengangkat dagunya untuk melihat pemuda yang berdiri di hadapannya.
Ah, dia sebenarnya pemuda yang bisa meruntuhkan hatinya. Tapi tidak mungkin
seorang ia menikahi seorang penjajah. Harga diri negerinya harus ia junjung
tinggi-tinggi. Roro Jonggrang memalingkan wajahnya yang tiba-tiba pucat.
“Ah, memang seharusnya begitu,” kata
Bandung Bondowoso bangga.
“Maaf, tapi bolehkah saya meminta sesuatu
untuk hadiah perkawinan kita?” bisik Roro Jonggrang.
“Hadiah? Oh, tentu saja. Kau boleh minta
apa saja.”
Roro Jonggrang menguatkan dirinya.
“Saya ingin dibuatkan seribu candi. Dan
karena anda terkenal sangat sakti, maka saya minta candi-candi tersebut harus
sudah jadi dalam waktu satu malam saja. Jika tidak, maka kita tidak bisa
menikah.”
“Oh, kau ingin membuktikan kesaktianku?
Baiklah aku akan membuatkan 1000 candi terindah untukmu. Semuanya akan selesai
esok pagi sebelum kau bangun dari mimpimu!” kata Bandung Bondowoso.
Malamnya, Bandung Bondowoso pergi menuju
tanah lapang tempat dia akan membuat seribu candi. Dengan kesaktiannya, dia
memanggil makhluk-makhluk halus untuk membantunya. Ribuan jin dan dedemit
dengan segera datang menghadap Bandung Bondowoso.
“Ada apa gerangan tuan memanggil kami?”
tanya raja Jin.
“Bantu aku membuat seribu candi! Dan harus
sudah selesai sebelum fajar menyingsing,” kata Bandung Bondowoso.
“Baiklah, titah dilaksanakan,” seru para
jin.
Para Jin dan dedemit berhamburan. Mereka
mulai mengangkati batu-batu besar dari gunung dan menyusunnya menjadi
candi-candi yang indah. Tidak perlu waktu lama bagi para makhluk halus itu.
Sebentar saja sebagian besar candi telah terbentuk, hanya tinggal beberapa
candi saja, maka persyaratan Roro Jonggrang akan terpenuhi.
Sementara itu, Roro Jonggrang diam-diam mengintip
kegiatan Bandung Bondowoso. Dilihatnya batu-batu besar melayang-layang dan
ratusan candi terbentuk dalam waktu sekejap. Ia terpana.
“Celaka, bagaimana kalau ia berhasil menyelesaikannya?”
pikirnya kalut. Terburu-buru ia kembali ke istana dan mengumpulkan para dayang.
Disuruhnya mereka untuk membakar jerami di sebelah timur dan menumbuk alu
sebanyak-banyaknya seolah-olah hari telah pagi.
Para Jin ketakutan melihat semburat merah
dan suara hiruk pikuk alu, ditambah lagi ayam jantan mulai nyaring berkokok
bersahut-sahutan. Mereka menyangka fajar telah hampir tiba. Mereka pun
berhamburan menyelamatkan diri.
“Hei..kembali!” Bandung Bondowoso berusaha
menghentikan mereka, namun tidak berhasil. Dia merasa merasa marah karena tahu
bahwa Roro Jonggrang telah menipunya.
Roro Jonggrang datang menemui Bandung
Bondowoso esok paginya. “Wahai raja yang sakti, bagaimana... apakah kau telah
berhasil membuatkanku seribu candi?” Roro Jonggrang tersenyum miring.
“Aku pasti telah berhasil membuat seribu
candi jika saja tidak ada orang yang berbuat curang,” sindir Bandung Bondowoso.
Muka Roro Jonggrang memerah mendengar sindiran Bandung Bondowoso.
“Artinya kau tidak berhasil menyelesaikannya
kan?” tanya Roro Jonggrang. “Kalau begitu aku pun tidak bisa menjadi
permaisurimu.” Bandung Bondowoso sangat marah mendengar perkataan Roro
Jonggrang.
“Kau tahu siap yang telah berbuat curang?”
Suara Bandung Bondowoso menggelegar. “Aku tidak pernah memaafkan orang licik
meskipun ia adalah gadis yang aku cintai. Dengar Jonggrang! Kau yang akan
melengkapi candi-candi ini dan menjadi candi yang keseribu!”
Darrr! Kilat dan petir menyambar. Di
tempat berdirinya Roro Jonggrang kini berdiri sebuah candi. Orang-orang percaya
bahwa candi itu adalah penjelmaan putri Riri Jonggrang. Karenanya kawasan
candi-candi tersebut kini dikenal sebagai candi Roro Jonggrang yang terletak di
Prambanan.
Deskripsi isi :
Prabu Baka
seorang raja yang bertahta di Prambanan. Prabu Baka mempunyai seorang putri
cantik bernama Rara Jonggrang. Prabu Baka seorang raja raksasa yang sangat
menakutkan.
Di satu sisi, Raja
Pengging sudah lama berniat menyerang Prabu Baka, namun tidak berani. Raja
Pengging minta bantuan kepada orang kuat (sakti) bernama Bandung Bandawasa.
Bandung Bandawasa berunding dengan Raja Pengging dan menyerang Prabu Baka.
Ratusan bala tentara Raja (Prabu) Baka terbunuh.Prabu Baka gugur dalam
peperangan melawan Raja Pengging dan Bandung Bandawasa.
Kemudian, Bandung
Bandawasa menguasai istana Prambanan. Rara Jonggrang menjadi tawanan Bandung
Bandawasa. Pengawal yang masih hidup menjadi pengawal Rara Jonggrang. Bandung
Bandawasa bermaksud ingin melamar Rara Jonggrang agar mau diperistri. Rara
Jonggrang mempertimbangkan lamaran Bandung Bandawasa.
Rara Jonggrang
tidak rela dijamah oleh pembunuh ayahnya. Pengawal setia Rara Jonggrang yang umurnya sudah tua
memberikan nasihat agar lamaran Bandung Bandawasa diterima dengan sebuah syarat
.Pengawal Rara Jonggrang memberikan syarat kepada Bandung Bandawasa agar
membuatkan candi seribu dan dua buah sumur dalam waktu satu malam. Utusan Prabu
Bandung Bandawasa datang membawa hadiah. Rara Jonggrang mengajukan dua syarat
kepada Bandung Bandawasa.
Bandung
Bandawasa harus menciptakan seribu candi.Bandung Bandawasa harus membuatkan dua
sumur yang amat dalam. Keduanya harus
diselesaikan dalam waktu satu malam. Prabu
Bandung Bandawasa terkejut mendengar dua syarat yang diajukan Rara Jonggrang. Prabu
Bandung Bandawasa menyanggupi permintaan (syarat) yang diajukan Rara Jonggrang.
Lalu Prabu Bandung Bandawasa menemui ayahnya yang bernama Darmaraja. Ayah Prabu
Bandung Bandawasa menyarankan agar meminta bantuan orang-orang sakti, yaitu
makhluk halus.
Prabu Bandung
Bandawasa mengumpulkan makhluk halus, peri dan jin. Prabu Bandung Bandawasa
dibantu oleh Raja Pengging yang pernah
ditolong. Pada tengah malam, Bandung Bandawasa dapat menyelesaikan 500 candi,
yang berarti tinggal separohnya. Paman Rara Jonggrang dan pengawal ikut menyaksikan
pembuatan candi.
Menjelang
subuh candi sudah selesai dibuat oleh Bandung Bandawasa. Dayang-dayang Rara
Jonggrang bingung. Rara Jonggrang menjerit, sebab tidak mau diperistri oleh
pembunuh ayahnya. Paman dan para pengawal berunding mencari akal untuk menggagalkan
usaha Bandung Bandawasa. Pengintai memberitahukan bahwa 998 candi dan satu
sumur telah terselesaikan. Para prajurit dimohon berdoa kepada mahadewa, sang
penolong orang-orang teraniaya.
Pengawal tua
menyuruh kepada para prajurit untuk mengumpulkan 100 ekor kuda yang tangkas. Seratus
prajurit muda lengkap dengan kudanya membangunkan gadis-gadis di pelosok negeri
sebelum fajar tiba. Semua gadis disuruh memukul lesung dengan alu. Makhluk halus seperti peri dan jin
yang membantu pembuatan candi lari ketakutan mendengar bunyi lesung. Sang
pengintai melapor kepada pengawal tua Rara Jonggrang bahwa candi sudah
berjumlah 999. Pengawal tua berdoa memohon pertolongan mahadewa.
Rara Jonggrang
mencabut keris untuk menyerbu Bandung Bandawasa ketika mendengar laporan bahwa 999 candi telah selesai. Para dayang mencegah
Rara Jonggrang. Bandung Bandawasa tertawa girang melihat hasil karya candinya. Bandung
Bandawasa menghitung candinya yang ternyata hanya 999 dan sumurnya kurang satu,
Setelah menghitung itu Bandung Bandawasa kecewa. Patih Bandung Bandawasa
melaporkan bahwa para gadis kampung memukul lesung sebelum fajar sehingga para
makhluk halus lari ketakutan.
Rara Jonggrang
menangis terharu karena mendengar berita gembira bahwa Bandung Bandawasa gagal
memenuhi permintaannya. Bandung Bandawasa sangat murka. Rara Jonggrang dikutuk
menjadi arca. Rara Jonggrang menjadi sebuah arca yang kini disebut Candi Rara
Jonggrang.
2. Komentar :
Cerita
tersebut di atas termasuk jenis Folklor prosa, dimana yang lebih spesifiknya
lagi yaitu Legenda. Disebutkan demikian karena menceritakan asal usul
terjadinya suatu tempat. Cerita tersebut sampai sekarang pun juga masih dalam teka
teki, apakah benar asal mulanya seperti itu atau tidak. Itulah yang menarik
dari ilmu folklor. Salah satu ciri Folklor itu sendiri adalah tidak masuk akal
(pralogis). Sedang dari sudut pengarangnya, cerita tersebut tidak diketahui
secara pasti siapa pengarangnya, Yang tak lain kita menyebutnya sebagai anonim.
3.
Kesimpulan :
Legenda adalah
cerita rakyat pada zaman dahulu, yang ada hubungannya dengan sejarah. Legenda
merupakan satu bagian dari dari sekian banyak serangkaian Folklor lisan.
Folklor lisan diciptakan, diwariskan, disebarluaskan dalam bentuk lisan. Cara
penyebarannya yaitu dari mulut ke mulut, dimana sebenarnya adalah dari mulut ke
telinga dan di ceritakan kembali kepada
orang lain melalui mulut lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Danandjaja, James. 1986. Foklor Indonesia. Jakarta :
Graviti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar