Rabu, 01 Januari 2014

RARA JONGGRANG dan Analisisnya



1. RARA JONGGRANG
Jenis               : Legenda
Nara sumber  : www.dongengperi.co.nr
Asal               : Jawa Tengah


Pada jaman dahulu kala di Jawa Tengah terdapat sebuah kerajaan bernama Prambanan. Meski kerajaan Prambanan bukanlah kerajaan besar tapi rakyatnya hidup senang dan tentram karena dipimpin oleh seorang raja yang bijaksana. Raja Prambanan memiliki seorang putri yang sangat cantik dan dicintainya, bernama Roro Jonggrang. Kabar kecantikan Roro Jonggrang sudah tersebar ke banyak negeri tetangga. Banyak pangeran dan bangsawan yang sudah mengajukan pinangan, tapi belum ada yang berhasil memikat hati sang putri.

Suatu hari kerajaan Prambanan dikejutkan dengan datangnya serangan dari pasukan kerajaan Pengging yang dipimpin seorang pemuda tampan tapi bengis bernama Bandung Bondowoso. Meskipun sudah bertahan sekuat tenaga, pasukan kerajaan Prambanan semakin terdesak oleh pasukan kerajaan Pengging, hingga akhirnya pasukan kerajaan Prambanan pun kalah. Sejak saat itu kerajaan Prambanan menjadi daerah jajahan kerajaan Pengging.

Di bawah kepemimpinan Bandung Bondowoso, rakyat Prambanan hidup menderita. Mereka ketakutan karena Bandung Bondowoso memerintah dengan tangan besi. Siapa pun yang berani melawannya pasti akan dihukum berat. Roro Jonggrang sangat sedih melihat penderitaan rakyatnya namun dia tidak bisa berbuat banyak.

Bandung Bondowoso sudah mendengar tentang kecantikan Roro Jonggrang. Ia sangat tertarik untuk membuktikan kebenaran berita itu. Suatu pagi, Bandung Bondowoso datang ke prambanan untuk menagih upeti. Ia melihat seorang gadis cantik sedang berada di taman. Sinar mentari pagi menyinari wajah cantik sang gadis, angin mempermainkan rambutnya yang panjang dan kemilau.

“Apakah saya sedang bermimpi bertemu dengan bidadari yang turun dari kahyangan?” tanya Bandung Bondowoso.
Roro Jonggrang terkejut dan menghentikan keasyikannya memainkan bunga – bunga mawar di depannya.

“Bukankah kamu Roro Jonggrang,” tanya Bandung Bondowoso. “Aku sudah mendengar tentang kecantikanmu dan sekarang aku sudah membuktikan sendiri.
Kamu memang cantik. Kamu pantas untuk menjadi pendampingku. Maukah kau jadi permaisuriku?”

Roro Jonggrang terpana mendengar permintaan Bandung Bondowoso yang tidak disangkanya. Dia bingung menjawabnya. Dia khawatir jika dia menolak keinginannya, Bandung Bondowoso akan menyakiti keluarga dan rakyat Prambanan. Namun dia juga tidak mau menyetujui keinginan Bandung Bondowoso yang sudah menjajah negerinya.

“Maafkan saya,” kata Roro Jonggrang. Diremasnya tangannya sendiri untuk menekan kemarahan yang menyesakkan dadanya. “Saya tidak bisa menjawabnya sekarang. Permintaanmu terlalu mendadak. Saya harus memikirkannya dulu.”

“Apa yang harus dipikirkan lagi?” tanya Bandung Bondowoso.
“Bukankah suatu kehormatan buatmu bisa menikahiku, Bandung Bondowoso, raja yang sakti mandraguna.”
“Saya ingin mempersiapkan hati saya untuk bisa menerima posisi saya sebagai pendampingmu,” kata Roro Jonggrang diplomatis.
“Oh baiklah kalau begitu.” Bandung Bondowoso tertawa senang. “Aku memberimu waktu 3 hari untuk mempersiapkan hatimu.”

Roro Jonggrang memeras otaknya untuk mencari jalan keluar bagaimana menolak permintaan Bandung Bondowoso. Dia memohon kepada Tuhan untuk menolongnya. Akhirnya Roro Jonggrang mendapat ide. Pada hari yang dijanjikan, Roro Jonggrang menghadap Bandung Bondowoso.

“Bagaimana? Apakah hatimu sudah siap untuk menjadi istriku?” tanya Bandung Bondowoso.

“Saya bersedia menjadi istrimu.” Roro Jonggrang mengangkat dagunya untuk melihat pemuda yang berdiri di hadapannya. Ah, dia sebenarnya pemuda yang bisa meruntuhkan hatinya. Tapi tidak mungkin seorang ia menikahi seorang penjajah. Harga diri negerinya harus ia junjung tinggi-tinggi. Roro Jonggrang memalingkan wajahnya yang tiba-tiba pucat.

“Ah, memang seharusnya begitu,” kata Bandung Bondowoso bangga.

“Maaf, tapi bolehkah saya meminta sesuatu untuk hadiah perkawinan kita?” bisik Roro Jonggrang.

“Hadiah? Oh, tentu saja. Kau boleh minta apa saja.”

Roro Jonggrang menguatkan dirinya.

“Saya ingin dibuatkan seribu candi. Dan karena anda terkenal sangat sakti, maka saya minta candi-candi tersebut harus sudah jadi dalam waktu satu malam saja. Jika tidak, maka kita tidak bisa menikah.”

“Oh, kau ingin membuktikan kesaktianku? Baiklah aku akan membuatkan 1000 candi terindah untukmu. Semuanya akan selesai esok pagi sebelum kau bangun dari mimpimu!” kata Bandung Bondowoso.

Malamnya, Bandung Bondowoso pergi menuju tanah lapang tempat dia akan membuat seribu candi. Dengan kesaktiannya, dia memanggil makhluk-makhluk halus untuk membantunya. Ribuan jin dan dedemit dengan segera datang menghadap Bandung Bondowoso.

“Ada apa gerangan tuan memanggil kami?” tanya raja Jin.

“Bantu aku membuat seribu candi! Dan harus sudah selesai sebelum fajar menyingsing,” kata Bandung Bondowoso.

“Baiklah, titah dilaksanakan,” seru para jin.

Para Jin dan dedemit berhamburan. Mereka mulai mengangkati batu-batu besar dari gunung dan menyusunnya menjadi candi-candi yang indah. Tidak perlu waktu lama bagi para makhluk halus itu. Sebentar saja sebagian besar candi telah terbentuk, hanya tinggal beberapa candi saja, maka persyaratan Roro Jonggrang akan terpenuhi.

Sementara itu, Roro Jonggrang diam-diam mengintip kegiatan Bandung Bondowoso. Dilihatnya batu-batu besar melayang-layang dan ratusan candi terbentuk dalam waktu sekejap. Ia terpana.

“Celaka, bagaimana kalau ia berhasil menyelesaikannya?” pikirnya kalut. Terburu-buru ia kembali ke istana dan mengumpulkan para dayang. Disuruhnya mereka untuk membakar jerami di sebelah timur dan menumbuk alu sebanyak-banyaknya seolah-olah hari telah pagi.

Para Jin ketakutan melihat semburat merah dan suara hiruk pikuk alu, ditambah lagi ayam jantan mulai nyaring berkokok bersahut-sahutan. Mereka menyangka fajar telah hampir tiba. Mereka pun berhamburan menyelamatkan diri.

“Hei..kembali!” Bandung Bondowoso berusaha menghentikan mereka, namun tidak berhasil. Dia merasa merasa marah karena tahu bahwa Roro Jonggrang telah menipunya.

Roro Jonggrang datang menemui Bandung Bondowoso esok paginya. “Wahai raja yang sakti, bagaimana... apakah kau telah berhasil membuatkanku seribu candi?” Roro Jonggrang tersenyum miring.

“Aku pasti telah berhasil membuat seribu candi jika saja tidak ada orang yang berbuat curang,” sindir Bandung Bondowoso. Muka Roro Jonggrang memerah mendengar sindiran Bandung Bondowoso.

“Artinya kau tidak berhasil menyelesaikannya kan?” tanya Roro Jonggrang. “Kalau begitu aku pun tidak bisa menjadi permaisurimu.” Bandung Bondowoso sangat marah mendengar perkataan Roro Jonggrang.

“Kau tahu siap yang telah berbuat curang?” Suara Bandung Bondowoso menggelegar. “Aku tidak pernah memaafkan orang licik meskipun ia adalah gadis yang aku cintai. Dengar Jonggrang! Kau yang akan melengkapi candi-candi ini dan menjadi candi yang keseribu!”

Darrr! Kilat dan petir menyambar. Di tempat berdirinya Roro Jonggrang kini berdiri sebuah candi. Orang-orang percaya bahwa candi itu adalah penjelmaan putri Riri Jonggrang. Karenanya kawasan candi-candi tersebut kini dikenal sebagai candi Roro Jonggrang yang terletak di Prambanan.

Deskripsi isi :

Prabu Baka seorang raja yang bertahta di Prambanan. Prabu Baka mempunyai seorang putri cantik bernama Rara Jonggrang. Prabu Baka seorang raja raksasa yang sangat menakutkan.

Di satu sisi, Raja Pengging sudah lama berniat menyerang Prabu Baka, namun tidak berani. Raja Pengging minta bantuan kepada orang kuat (sakti) bernama Bandung Bandawasa. Bandung Bandawasa berunding dengan Raja Pengging dan menyerang Prabu Baka. Ratusan bala tentara Raja (Prabu) Baka terbunuh.Prabu Baka gugur dalam peperangan melawan Raja Pengging dan Bandung Bandawasa.

Kemudian, Bandung Bandawasa menguasai istana Prambanan. Rara Jonggrang menjadi tawanan Bandung Bandawasa. Pengawal yang masih hidup menjadi pengawal Rara Jonggrang. Bandung Bandawasa bermaksud ingin melamar Rara Jonggrang agar mau diperistri. Rara Jonggrang mempertimbangkan lamaran Bandung Bandawasa.

Rara Jonggrang tidak rela dijamah oleh pembunuh ayahnya. Pengawal setia  Rara Jonggrang yang umurnya sudah tua memberikan nasihat agar lamaran Bandung Bandawasa diterima dengan sebuah syarat .Pengawal Rara Jonggrang memberikan syarat kepada Bandung Bandawasa agar membuatkan candi seribu dan dua buah sumur dalam waktu satu malam. Utusan Prabu Bandung Bandawasa datang membawa hadiah. Rara Jonggrang mengajukan dua syarat kepada Bandung Bandawasa.

Bandung Bandawasa harus menciptakan seribu candi.Bandung Bandawasa harus membuatkan dua sumur yang amat dalam. Keduanya harus diselesaikan dalam waktu satu malam. Prabu Bandung Bandawasa terkejut mendengar dua syarat yang diajukan Rara Jonggrang. Prabu Bandung Bandawasa menyanggupi permintaan (syarat) yang diajukan Rara Jonggrang. Lalu Prabu Bandung Bandawasa menemui ayahnya yang bernama Darmaraja. Ayah Prabu Bandung Bandawasa menyarankan agar meminta bantuan orang-orang sakti, yaitu makhluk halus.

Prabu Bandung Bandawasa mengumpulkan makhluk halus, peri dan jin. Prabu Bandung Bandawasa dibantu oleh Raja Pengging  yang pernah ditolong. Pada tengah malam, Bandung Bandawasa dapat menyelesaikan 500 candi, yang berarti tinggal separohnya. Paman Rara Jonggrang dan pengawal ikut menyaksikan pembuatan candi.

Menjelang subuh candi sudah selesai dibuat oleh Bandung Bandawasa. Dayang-dayang Rara Jonggrang bingung. Rara Jonggrang menjerit, sebab tidak mau diperistri oleh pembunuh ayahnya. Paman dan para pengawal berunding mencari akal untuk menggagalkan usaha Bandung Bandawasa. Pengintai memberitahukan bahwa 998 candi dan satu sumur telah terselesaikan. Para prajurit dimohon berdoa kepada mahadewa, sang penolong orang-orang teraniaya.

Pengawal tua menyuruh kepada para prajurit untuk mengumpulkan 100 ekor kuda yang tangkas. Seratus prajurit muda lengkap dengan kudanya membangunkan gadis-gadis di pelosok negeri sebelum fajar tiba. Semua gadis disuruh memukul lesung dengan alu. Makhluk halus seperti peri dan jin yang membantu pembuatan candi lari ketakutan mendengar bunyi lesung. Sang pengintai melapor kepada pengawal tua Rara Jonggrang bahwa candi sudah berjumlah 999. Pengawal tua berdoa memohon pertolongan mahadewa.

Rara Jonggrang mencabut keris untuk menyerbu Bandung Bandawasa ketika mendengar laporan bahwa  999 candi telah selesai. Para dayang mencegah Rara Jonggrang. Bandung Bandawasa tertawa girang melihat hasil karya candinya. Bandung Bandawasa menghitung candinya yang ternyata hanya 999 dan sumurnya kurang satu, Setelah menghitung itu Bandung Bandawasa kecewa. Patih Bandung Bandawasa melaporkan bahwa para gadis kampung memukul lesung sebelum fajar sehingga para makhluk halus lari ketakutan.

Rara Jonggrang menangis terharu karena mendengar berita gembira bahwa Bandung Bandawasa gagal memenuhi permintaannya. Bandung Bandawasa sangat murka. Rara Jonggrang dikutuk menjadi arca. Rara Jonggrang menjadi sebuah arca yang kini disebut Candi Rara Jonggrang.

2. Komentar :
Cerita tersebut di atas termasuk jenis Folklor prosa, dimana yang lebih spesifiknya lagi yaitu Legenda. Disebutkan demikian karena menceritakan asal usul terjadinya suatu tempat. Cerita tersebut sampai sekarang pun juga masih dalam teka teki, apakah benar asal mulanya seperti itu atau tidak. Itulah yang menarik dari ilmu folklor. Salah satu ciri Folklor itu sendiri adalah tidak masuk akal (pralogis). Sedang dari sudut pengarangnya, cerita tersebut tidak diketahui secara pasti siapa pengarangnya, Yang tak lain kita menyebutnya sebagai anonim.

3. Kesimpulan :
Legenda adalah cerita rakyat pada zaman dahulu, yang ada hubungannya dengan sejarah. Legenda merupakan satu bagian dari dari sekian banyak serangkaian Folklor lisan. Folklor lisan diciptakan, diwariskan, disebarluaskan dalam bentuk lisan. Cara penyebarannya yaitu dari mulut ke mulut, dimana sebenarnya adalah dari mulut ke telinga  dan di ceritakan kembali kepada orang lain melalui mulut lagi.


DAFTAR PUSTAKA

Danandjaja, James. 1986. Foklor Indonesia. Jakarta : Graviti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar