Mahabharata
Pengaruh Mahabharata besar sekali dalam sastra Jawa. Mungkin lebih besar
daripada Ramayana. Mahabharata yang delapan belas parwa panjangnya telah dibuat
dalam bahasa Jawa, dalam bentuk prosa. Di antara parwa-parwa yang terkenal
ialah Adiparwa, Wirataparwa, dan Bhismaparwa. Pengaruh Mahabharata begitu
mendalam sehingga orang Jawa menganggap pahlawan-pahlawan dari epos india
sebagai nenek moyang mereka. Mahabharata sesungguhnya telah mendarah daging
dalm kehidupan orang Jawa. Pertunjukkan wayang Purwa yang sangat digemari oleh
orang Jawa, mengambil epos dari India. Khususnya Mahabharata.
Peperangan yang besar dinyanyikan dalam Kekawin
Bharata Yuddha yang mula disusun oleh Mpu
Sedah pada tahun 1157 di masa pemerintahan Jaya baya dari Kediri. Sedang yang menyelesaikan ialah Mpu Panuluh yang mana dia adalah
pujangga Jawa yang sangat produktif, selain itu ia juga menyusun Kekawin Hari
Wangsa yang menceritakan perkawinan Krisna dengan istrinya Rukmini. Kekawin
Bharata yuddha diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa baru oleh seorang pujangga
keraton yang bernama Yasadipura I di
masa pakubuwana III. Gubahan Yasadipura
I ini disebut Brata Yudar dan bersama-sama dengan Kekawin Bharata Yuddha
menjadi bahan pertunjukkan wayang yang sangat penting.
Mahabharata dalam Sastra Melayu
Mahabarata dalam sastra melayu terkenal dengan nama Hkayat Pandawa.hikayat
ini biasanya juga bernama hikayat Pandawa Lima,hikayat Pandawa jaya, Pandawa
Panca lima.Ada juga cerita Pandawa yang menyimpang dari cerita Pandawa,misalnya
Hikayat pandawa Lebur,Hikayat Angkawijaya.
Cerita Pandawa adalah saduran bebas dari syair Jawa kuno, yaitu kakawin:
Hikayat Sang Boma adalah saduran bebas dari kakawin Bhomakawya.Ada juga para
sarjana yang berpendapat bahwa cerita Pandawa dalam bahasa melayu sebenarnya
adalah cerita wayang. Bukan itu saja,bahwa Kekawin Jawa Kuno juga dianggap
saduran cerita wayang.Mungkin kekawin dan cerita wayang pernah sama-sama
mempengaruhi cerita Pandawa dalam bahasa Melayu.Versi cerita Pandawa yang
terkenal ialah Hikayat Pandawa Lima.
Hikayat Pandawa Lima
Van Der Tuuk membagi naskah ini menjadi tiga bagian,Bagian Bagian pertama
adalah cerita lakon yang indah-indah ,bagiaqn kedua adalah cerita peperangan
yang dinamai penulis naskah Hikayat Pandawa Jaya.Bagian ini adalah saduran dari
Kekawin Bharata Yuddha yang disusun Mpu Sedah.Bagian ketiga ialah cerita lakon
yang tidak terdapan pada Kekawin Bharata Yuddha.jalan cerita naskah menyerupai
Hikayat Pandawa Lima yang diterbitkan oleh Khalid
Hussain.
Ringkasan cerita (Menurut Naskah Royal Asiatic Society no.2)
I. Barma Sakti bertanding kekuatan dengan
Brahma dan masuk ke tempat kediaman Dewi Puspa Maniaka. Ia mengambil Dewi Puspa
Maniaka sebagai istri kemudian melahirkan dua orang putra. Salah seorang ialah
Sang Mangunang. Sesudah besar, Sang Mangunang merebut negeri Marcu Jantaka dari
tangan Maharaja Dewa dan menamakan dirinya Warga Dewa.
II. Bagian ini mengisahkan
peperangan yang hebat. Batara Kresna dikirim ke Astinapura untuk meminta
setengah kerajaan dari Duryudana seperti yang dijanjikan. Duryodhana, disokong
oleh Karna, menolak mengembalikan setengah kerajaan kepada para Pandhawa. Maka
terjadilah peperangan yang terkenal dengan nama Bharatayuda. Yang mula-mula
gugur ialah Begawan, bisma, kemudian Drona, dan Karna. Kemudian Salya. Patih
Sengkuni dan Duryodhana juga mati terbunuh. Dari pihak Pandawa juga banyak yang
gugur, yang ternama ialah Abimanyu dan Gatotkaca. Peperangan ini berakhir
dengan kemenangan para Pandawa. Bagian ini, menurut Van der Tuuk, adalah saduran dari Kekawin Bharatayuda karangan Mpu
Sedah dan disadur dari bahasa Sanskrit.
III. Patih Sengkuni setelah
dibunuh oleh Bima, hidup kembali karena ia mempunyai kesaktian yang bernama
“Panji Suata”. Patih Sengkuni menghimpun semua rakyat Kurawa yang
bercerai-berai dan membuat negeri di hutan Imaguna. Hal ini terdengar oleh
Kresna yang kemudian menganjurkan kepada Darmawangsa supaya mengirim orang
pergi melihat benar tidaknya hal itu. Kresna menganjurkan supaya anak-anaknya
Pramejamana yang diberi tugas ini. Kalau orang lain yang pergi pastilah
Sengkuni melarikan diri. Adapun ketika Parikastri menjadi menjadi raja,
kerajaan itu amat sentosa adanya. Tamatlah hikayat Pandawa Lima dari karangan
orang yang bijaksana arif segala tuan-tuan membaca dia atau mendengar dia.
Naskah
NASKAH Hikayat Pandawa agak banyak. Di museum Jakarta ada 8 naskah, di
perpustakaan Leiden ada 3. Judulnya berbeda-beda. Ada yang disebut Hikayat
Pandhawa Lima; Hikayat Pandawa Jaya dan lain-lain. Yang agak berbeda dengan
cerita Pandawa yang umum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar