Pangeran Pande Gelang dan Putri Cadasari
Tinjauan Analisis Sekuen
Di tengah sebidang kebun manggis,
seorang putri yang cantik jelita duduk termenung. Sorot matanya kosong,
bibirnya terkatup rapat menandakan dia sedang bermuram durja.
Tidak jauh dari tempat sang Putri
duduk, melintaslah seorang lelaki paruh baya dengan karung di pundaknya. Lelaki
itu tertegun sesaat manakala melihat sang Putri. Wajah lelaki itu tampak penuh
kekhawatiran.
"Sampurasun," sapanya.
Sang Putri tak menyahut. Dia
benar-benar larut dalam kesedihannya, sehingga tidak menyadari kehadiran lelaki
itu.
"Sampurasun," Lelaki itu
mengulang sapa.
"Ra... rampes," Sang Putri
terkejut. "Si... siapa?"
"Maaf jika saya telah
mengejutkan Tuan Putri," kata lelaki itu seraya menundukkan kepalanya.
Sang Putri tidak segera menjawab. Dia
memperhatikan penuh seksama lelaki yang berdiri di hadapannya. Wajah lelaki itu
tidaklah tampan, kulitnya pun legam. Namun Putri merasa yakin, lelaki itu
adalah lelaki baik. Seumpama buah manggis: hitam dan pahit kulitnya, tapi putih
dan manis buahnya.
"Sedari tadi tadi saya
perhatikan, Tuan Putri tampak gundah gulana. Ada apa gerangan?"
"Saya kira tak ada guna
menceritakan masalah yang saya hadapi kepada orang lain."
"Kalau begitu, maafkan saya
telah mengganggu Tuan Putri. Saya berharap Tuan Putri berkenan melupakan
pertanyaan saya tadi," ujar lelaki itu seraya hendak berlalu.
"Tunggu, Kisanak. Jangan pergi
dulu!" Sang Putri mencegah.
Lelaki itu mengurungkan niatnya.
Sejenak dia melirik sang Putri.
"Sekali lagi maafkan saya,"
pinta sang Putri. "Bukan maksud saya menyinggung perasaan Kisanak, apalagi
menganggap rendah."
Beberapa saat sang Putri terdiam. Kemudian
tiba-tiba saja matanya membasah. Sang Putri menangis.
Lelaki itu duduk di dekat sang Putri.
Hatinya diliputi keingintahuan yang besar tentang apa yang sebenarnya terjadi.
"Siapa nama Kisanak?" tanya
sang Putri.
"Saya... saya pembuat gelang.
Pande gelang. Orang-orang sering memanggil saya dengan sebutan Ki Pande."
"Baiklah, Ki Pande. Saya akan
bercenta, mudah-mudahan cerita saya akan menghilangkan penasaran Ki Pande.
Selama ini saya tidak pernah menceritakan masalah ini kepada orang lain karena
saya merasa hanya akan sia-sia belaka. Tidak akan ada seorang pun yang bisa
membantu saya," jelas sang Putri dengan mata berkaca-kaca.
"Tapi mengapa Tuan Putri mau
menceritakannya kepada saya?"
"Saya hanya ingin menghilangkan
penasaran Ki Pande,"
Ki Pande tidak berkata-kata lagi. Dia
hanya menundukkan kepala dengan hati dipenuhi rasa iba.
"Nama saya Putri Arum ...."
sang Putri memulai centanya.
Menurut Putri Arum, dirinya sedang
mendapat tekanan dari seorang pangeran bernama Pangeran Cunihin. Meskipun
tampan, Pangeran Cunihin sangatlah bengis dan kejam. Selain itu, Pangeran
Cunihin pun sangat berkuasa dan sakti mandraguna. Apa pun yang diinginkannya
harus terpenuhi. Semua titah tak bisa berbantah.
"Saya sangat sedih, Ki, karena
dia akan menjadikan saya sebagai istrinya," Putri Arum mengakhiri
ceritanya.
"Saya ikut bersedih," Ki
Pande tak kuasa menahan airmata. "Maafkan saya, karena tidak banyak yang
bisa saya lakukan untuk membantu Putri."
"Saya mengerti, Ki. Tidak ada
seorang pun yang bisa mengakhiri angkara Pangeran Cunihin," ujar Putri
Arum lirih. "Tadinya saya mengira wangsit yang saya terima benar
adanya."
"Wangsit?" tanya Ki Pande.
"Ya. Menurut wangsit, saya harus
menenangkan diri di bukit manggis ini. Kelak katanya akan ada seorang pangeran
yang baik hati, manis budi pekertinya, dan sakti mandraguna, yang datang
menolong saya. Namun penantian ini hampir sia-sia. Tiga hari lagi Pangeran
Cunihin akan datang dan memaksa saya kawin dengannya. Barangkali ini sudah
suratan takdir saya, Ki, sebab setelah sekian lama, dewa penolong yang hatinya
seputih dan semanis buah manggis itu ternyata tak kunjung tiba," tutur
Putri Arum menghiba.
Mendengar hal tersebut, KI Pande
mengenyitkan dahi, seolah ada yang tengah dipikirkannya.
"Oh, tadi Aki mengatakan bahwa
tidak banyak yang bisa dilakukan untuk membantu saya?" tanya Putri Arum,
teringat kata-kata Ki Pande.
"Benar," jawab Ki Pande.
"Itu berarti, meskipun sedikit
ada yang bisa Aki lakukan untuk saya!" seru Putri Arum, penuh harap.
"Barangkali itu tidaklah
berarti," kata Ki Pande.
"Katakan saja, Ki," Putri
Arum penasaran.
"Saya hanya ingin menyumbang
saran. Terima saja keinginan Pangeran Cunihin itu."
"Apa Aki sudah gila? Bagaimana
saya mau dipersunting lelaki yang sangat saya benci?" sergah Putri Arum
dengan wajah memerah.
Ki Pande sangat terkejut dengan
perubahan itu, tapi dia berusaha tetap tenang. "Maksud saya, terima saja
keinginan dia tapi dengan syarat."
"Dengan syarat?" tanya
Putri Arum setengah bergumam.
"Ya, dengan syarat yang sangat
susah dipenuhi."
"Hal apa yang tidak bisa
dilakukan Pangeran Cunihin? Dia sangat sakti mandraguna. Laut saja bisa
dikeringkannya!"
"Yakinlah, Tuan Putri. Tidak
semua orang akan jaya selamanya," Ki Pande berusaha meyakinkan Putri Arum.
"Kalau begitu, apa syarat yang
Aki maksudkan?"
"Pangeran Cunihin harus
melubangi batu keramat supaya bisa dilalui manusia. Kemudian batu tersebut
harus diletakkan di pesisir pantai. Semuanya harus dikerjakan tidak lebih dan
tiga hari," Ki Pande menjelaskan.
"Bukankah syarat itu sangat
mudah dilakukan oleh Pangeran Cunihin?"
"Tapi tidak semua orang mau
melakukannya. Sebab dengan melubangi batu keramat, setengah dari kemampuan
orang tersebut akan hilang."
"Setelah itu"" tanya
Putri Arum.
"Serahkan semuanya kepada
saya!"
Mendengar seluruh penjelasan Ki
Pande, akhirnya Putri Arum menyetujui. Ki Pande kemudian mengajak Putri Arum ke
tempat tinggalnya, sambil membawa karung yang berisi alat-alat membuat gelang.
Perjalanan menuju tempat tinggal Ki
Pande sangat melelahkan Putri Arum. Sudah hampir setengah hari perjalanan,
mereka belum juga sampai. Putri Arum pun jatuh pingsan di atas sebuah batu
cadas. Orang-orang kampung membantu Ki Pande rnembawa Putn Arum ke rumah salah
seorang penduduk dan merawatnya dengan penuh kasih sayang. Salah seorang tetua
kampung mengatakan bahwa Putri Arum bisa segera pulih jika minum air gunung
yang memancar melalui batu cadas.
Beberapa orang kampung bergegas
mencari sumber mata air batu cadas. Dan keajaiban pun terjadi, Putri Arum
kembali sehat setelah meminum air yang berasal dari batu cadas itu. Penduduk
kampung lalu memanggil Putri Arum dengan sebutan baru yaitu Putri Cadasari.
Sementara itu, Ki Pande tengah
menyiapkan rencana baru. Dia membuat gelang yang sangat besar, yang bisa
dilalui manusia. Menurut Ki Pande, gelang tersebut akan dipasang pada lingkaran
lubang batu keramat yang dibuat Pangeran Cunihin.
Waktu yang ditentukan Pangeran
Cunihin pun tiba. Dia datang menemui Putri Cadasari dan menagih jawaban. Putri
Cadasan pun mengajukan syarat kepada Pangeran Cunihin.
"Hahaha, itu syarat yang sangat
gampang, Tuan Putri. Tapi apa maksud dari syarat itu?" tanya Pangeran
Cunihin.
Putri Cadasari terkejut mendapat
pertanyaan seperti Itu. Tapi dia segera menyembunyian keterkejutannya.
"Saya hanya ingin agar bulan madu kita tidak terganggu, Pangeran. Duduk di
atas batu sambil menikmati birunya laut, bukankah itu sangat menyenangkan,
Pangeran?" jelas Putri Cadasari.
"Wah, Tuan Putri memang sangat
romantis!" puji Pangeran Cunihin, pula.
Tak sampai tiga hari dan tanpa
halangan yang berarti, Pangeran Cunihin berhasil menemukan batu keramat yang
disyaratkan. Batu keramat itu kemudian dibawanya ke sebuah pesisir yang sangat
indah. Ki Pande dan Putri Cadasari diam-diam mengkuti dari kejauhan. Di tempat
yang terlindung mereka bersembunyi, menyaksikan apa yang dilakukan Pangeran
Cunihin.
Pangeran Cunihin tampak duduk bersila
di hadapan batu keramat. Dengan konsentrasi penuh, Pangeran Cunihin menempelkan
dua telapak tangannya ke batu keramat. Tiba-tiba tangan Pangeran Cunihin
bergetar. Sesaat kemudian batu keramat itu pun retak dan berjatuhan. Sungguh
ajaib, sebuah lubang yang sangat besar tercipta di tengah batu keramat itu.
"Hahaha, aku berhasil. Tuan
Putri akan segera menjadi milikku!" Pangeran Cunihin mengangkat kedua
tangannya seraya berlari mencari Putri Cadasari.
Kesempatan itu tak disia-siakan Ki
Pande untuk memasang gelang besar pada batu keramat yang telah berlubang Itu.
Setelah itu dia kembali hendak bersembunyi, tapi didengarnya sebuah bentakan
keras.
"Heh tua bangka, sedang apa kau
di sini?!"
Ternyata Pangeran Cunihin telah
berada kembali di situ, bersama Putri Cadasari.
"0, aku tahu. Rupanya kau sedang
mengagumi mahakaryaku. Bukankah aku pernah mengatakan kepadamu bahwa kau tidak
pantas menjadi pemenang. Kau hanya pantas menjadi pecundang! Hahaha!" Pangeran
Cunihin tertawa puas. "Lihatlah, sang Putri telah menjadi milikku. Kau
tidak bisa lagi memilikinya!"
Putri Cadasari terkejut heran
mendengar omongan Pangeran Cunihin, seolah telah mengenal Ki Pande sebelumnya.
Namun belum lagi keheranan itu terjawab, Pangeran Cunihin telah menarik tangan
Putri Cadasari untuk melihat batu keramat yang telah berlubang itu.
"Tuan putri, lihatlah! Keinginan
Tuan Putri telah terwujud. Sebuah batu besar berlubang di pesisir pantai.
Sungguh sebuah tempat yang indah dan romantis," kata Pangeran Cunihin.
Putri Cadasari berusaha bersikap
tenang dan mencoba menunjukkan kegembiraan, w alau di dalam hatinya dia merasa
sangat takut impian buruknya menjadi pendamping Pangeran Cunihin akan menjadi
kenyataan.
"Apa karena terlalu gembira saya
seakan tidak bisa melihat bahwa batu ini telah berlubang?" kata Putri
Cadasan.
"Hm, baiklah. Jika Tuan Putri
tidak percaya, saya akan melewati batu ini untuk membuktikannya," jawab
Pangeran Cunihin.
Tanpa berpikir panjang, Pangeran
Cunihin kemudian berjalan melewati lubang batu keramat itu. Tapi tiba-tiba
Pangeran Cunihin merasakan tubuhnya sakit luar biasa. Dia berteriak-teriak
sekuat tenaga. Suaranya memecah angkasa. Lalu seluruh kekuatannya pun
menghilang. Dia terduduk lemah, tak kuasa berdiri. Perlahan, Pangeran Cunihin
berubah menjadi seorang tua renta tanpa daya, seolah telah melewati lorong
waktu. Sementara itu, KI Pande pun berubah menjadi seorang pemuda tampan.
"Bagaimana semua ini bisa
terjadi?" Putri Cadasari tidak mengerti menyaksikan keanehan-keanehan itu.
"Sebenarnya ini semua akibat
perbuatan Pangeran Cunihin. Dulu kami berteman. Tapi setelah mendapat kesaktian
dari guru, dia mencuri seluruh ilmu dan kesaktian saya, lalu menjadikan saya
sebagai seorang yang sudah tua. Saya kemudian mencari kesaktian untuk
mengembalikan keadaan saya. Ternyata hanya satu yang bisa mengembalikan keadaan
itu, yakni Jika Pangeran Cunihin melewati gelang-gelang buatan saya,"
terang Ki Pande seraya menatap ke arah Pangeran Cunihin yang terkulai tak berdaya.
"Kini saya telah kembali seperti
sedia kala. Ini semua karena jasa Tuan Putri. Untuk itu saya menghaturkan
terima kasih," ujar Pangeran Pande Gelang, menggenggam tangan Putri
Cadasari.
"Ah, sayalah yang seharusnya
berterima kasih, Pangeran. Ternyata wangsit yang saya terima itu memang
benar."
Akhirnya, keduanya meninggalkan batu
keramat berlubang itu. Beberapa waktu kemudian mereka pun menikah dan hidup
berbahagia sampai akhir hayatnya.
Tempat mengambil batu keramat
tersebut kemudian dikenal dengan kampung Kramatwatu, dan batu besar berlubang
di pesisir pantai kini dikenal dengan nama Karang Bolong. Sedangkan tempat sang
Putri melaksanakan wangsit di bukit manggis, kini orang mengenalnya dengan
kampung Pasir Manggu. Manggis dalam bahasa Sunda berarti Manggu dan pasir
berarti bukit. Sementara tempat Putri disembuhkan dari sakitnya sampai kini
bernama Cadasari di daerah Pandeglang, tempat Pangeran Pande Gelang membuat
gelang.
Analisis sekuen à berdasarkan tiga urutan, yaitu tekstual, kronologis dan logis
Urutan
Tekstual
1.
Seorang putri yang cantik jelita duduk termenung.
1.1 Sorot mata Sang Putri kosong,
1.2 Bibirnya terkatup rapat menandakan
dia sedang bermuram durja.
2. Seorang lelaki paruh baya melintas
dengan karung di pundak.
2.1 Lelaki itu tertegun sesaat manakala
melihat sang Putri.
2.2 Wajah lelaki itu tampak penuh
kekhawatiran.
2.3 Lelaki itu menyapa.
2.4 Sang Putri tak menyahut.
2.5 Sang Putri benar-benar larut dalam kesedihannya
3. Lelaki itu mengulang sapa.
3.1 Sang Putri terkejut.
3.2 Lelaki itu mengejutkan Tuan Putri.
3.3 Lelaki itu menundukkan kepalanya.
3.4 Sang Putri tidak segera menjawab.
4. Sang Putri memperhatikan penuh
seksama lelaki yang berdiri di hadapannya.
4.1 Sang Putri merasa lelaki itu adalah
lelaki baik.
4.2 Lelaki itu seraya hendak berlalu.
4.3 Sang Putri mencegah.
4.4 Lelaki itu mengurungkan niatnya.
5. Lelaki itu melirik sang Putri.
5.1 Sang Putri terdiam.
5.2 Sang Putri menangis.
5.3 Lelaki itu duduk di dekat
sang Putri.
5.4 Hati lelaki itu diliputi
keingintahuan yang besar tentang apa yang sebenarnya terjadi.
6. Sang Putri memulai ceritanya.
6.1 Pangeran Cunihin sangatlah bengis
dan kejam.
6.2 Pangeran Cunihin pun sangat
berkuasa dan sakti mandraguna
6.3 Tiga hari lagi Pangeran Cunihin
akan datang dan memaksa kawin dengan Putri Arum.
6.4 Putri Arum mengakhiri ceritanya
6.5 Ki Pande tak kuasa menahan airmata.
7. Ki Pande berusaha meyakinkan Putri
Arum.
7.1 Pangeran Cunihin harus melubangi
batu keramat supaya bisa dilalui manusia.
7.2 Pangeran cunihin harus meletakkan Batu
itu di pesisir pantai.
7.3 Semuanya harus dikerjakan tidak
lebih dan tiga hari.
7.4 Putri Arum menyetujui.
8. Ki Pande mengajak Putri Arum ke
tempat tinggalnya.
8.1 Perjalanan menuju tempat tinggal Ki
Pande sangat melelahkan Putri Arum.
8.2 Putri Arum jatuh pingsan di atas
sebuah batu cadas.
8.3 Orang-orang kampung membantu Ki
Pande rnembawa Putri Arum.
8.4 Orang-orang kampung merawatnya
dengan penuh kasih sayang.
8.5 Tetua kampung mengatakan bahwa
Putri Arum bisa segera pulih jika minum air gunung yang memancar melalui batu
cadas.
8.6 Beberapa orang kampung bergegas
mencari sumber mata air batu cadas.
9.Putri Arum kembali sehat setelah
meminum air yang berasal dari batu cadas itu.
9.1 Penduduk kampung lalu memanggil
Putri Arum dengan sebutan baru yaitu Putri Cadasari.
10.Ki Pande tengah menyiapkan rencana
baru.
10.1 Ki Pande membuat gelang yang sangat besar, yang bisa dilalui
manusia.
10.2 Ki Pande akan memasang gelang tersebut pada lingkaran lubang batu
keramat yang dibuat Pangeran Cunihin.
11. Pangeran Cunihin datang menemui
Putri Cadasari dan menagih jawaban.
11.1 Putri Cadasari pun mengajukan syarat kepada Pangeran Cunihin.
11.2 Putri Cadasari terkejut
11.3 Putri Cadasari segera menyembunyian keterkejutannya.
12.Pangeran Cunihin berhasil menemukan
batu keramat yang disyaratkan.
12.1 Pangeran Cunihin membawa Batu keramat tersebut ke sebuah pesisir
yang sangat indah.
12.2 Ki Pande dan Putri Cadasari diam-diam mengikuti dari kejauhan.
13. Pangeran Cunihin duduk bersila di
hadapan batu keramat.
13.1 Pangeran Cunihin menempelkan dua telapak tangannya ke batu keramat.
13.2 Tangan Pangeran Cunihin bergetar.
13.3 Pangeran Cunihin mengangkat kedua tangannya seraya berlari mencari
Putri Cadasari.
14.Ki Pande memasang gelang besar
pada batu keramat yang telah berlubang itu.
14.1 Pangeran Cunihin telah berada kembali di situ bersama Putri
Cadasari.
14.2 Pangeran Cunihin tertawa puas.
14.3 Putri Cadasari terkejut heran mendengar omongan Pangeran Cunihin.
14.4 Pangeran Cunihin menarik tangan Putri Cadasari untuk melihat batu
keramat yang telah berlubang itu.
14.5 Putri Cadasari berusaha bersikap tenang dan mencoba menunjukkan
kegembiraan.
15.Pangeran Cunihin berjalan melewati
lubang batu keramat itu.
15.1 Pangeran Cunihin merasakan tubuhnya sakit luar biasa.
15.2 Pangeran Cunihin berteriak-teriak sekuat tenaga, suaranya memecah
angkasa dan seluruh kekuatannya menghilang.
15.3 Pangeran Cunihin berubah menjadi seorang tua renta tanpa daya.
15.4 Ki Pande pun berubah menjadi seorang pemuda tampan.
15.5 Putri Cadasari tidak mengerti menyaksikan keanehan-keanehan itu.
15.6 Ki Pande menatap ke arah Pangeran Cunihin yang terkulai tak
berdaya.
16.Pangeran Pande Gelang menggenggam
tangan Putri Cadasari.
16.1 Keduanya meninggalkan batu keramat berlubang itu.
16.2 Keduanya
menikah dan hidup berbahagia sampai akhir hayatnya.
Pangeran Pande Gelang dan Putri Cadasari menggunakan alur sederhana , seperti cerita rakyat lainnya.
∑ sekuen = 74 sekuen à 16 sekuen besar & 58 sekuen kecil
Dengan demikian, Pangeran Pande Gelang dan Putri Cadasari terdiri atas 2 tingkatan sekuen, yaitu sekuen tingkatan pertama dan sekuen tingkatan kedua
Urutan
Kronologis
Berdasarkan urutan peristiwanya
secara kronologis, maka urutan peristiwa dalam teks Pangeran Pande Gelang dan Putri Cadasari ini urutan peristiwa (disingkat
P) berdasarkan sekuen, maka P1 (sekuen 1: 1.1 - 1.2) diikuti P2 (sekuen 2: 2.1
- 2.5) diikuti P3 (sekuen 3: 3.1 - 3.4) diikuti P4 (sekuen 4: 4.1 - 4.4), diikuti
P5 (sekuen 5: 5.1 - 5.4) diikuti P6 (sekuen 6:6.1 - 6.5) diikuti P7 (sekuen 7:7.1
- 7.4) diikuti P8 (sekuen 8: 8.1 – 8.6) diikuti P9 (sekuen 9: 9.1) diikuti P10
(sekuen 10: 10.1 – 10.2) diikuti P11 (sekuen 11:11.1-11.3) diikuti P12 (sekuen
12: 12.1 – 12.2) diikuti P13 (sekuen 13: 13.1 – 13.3) diikuti P14 (sekuen 14: 14.1
– 14.5) diikuti P15 (sekuen 15:15.1 – 15.6) dan terakhir diikuti P16(sekuen
16:16.1 – 16.2).
Urutan Logis
Berdasarkan
hubungan sebab akibat, menekankan pada logika cerita.sebab logika dasar
struktur.
Sekuen 1 (1.1 - 1.2) : Seorang putri
yang cantik jelita duduk termenung. Sorot mata Sang Putri kosong, Bibirnya
terkatup rapat menandakan dia sedang bermuram durja.
Mempunyai
hubungan kausalitas dengan sekuen 2.
Sekuen
2 (2.1 – 2.5) : Seorang lelaki paruh baya melintas dengan karung di pundak.
Lelaki itu tertegun sesaat manakala melihat sang Putri. Wajah lelaki itu tampak
penuh kekhawatiran. Lelaki itu menyapa. Sang Putri tak menyahut. Sang
Putri benar-benar larut dalam kesedihannya.
Mempunyai
hubungan kausalitas dengan sekuen 3.
Sekuen
3 (3.1 – 3.4) : Lelaki itu mengulang sapa. Sang Putri terkejut. Lelaki itu
mengejutkan Tuan Putri. Lelaki itu menundukkan kepalanya. Sang Putri tidak
segera menjawab.
Mempunyai
hubungan kausalitas dengan sekuen 4.
Sekuen
4 (4.1 – 4.4) : Sang Putri memperhatikan penuh seksama lelaki yang berdiri di
hadapannya. Sang Putri merasa lelaki itu adalah lelaki baik. Lelaki itu seraya
hendak berlalu. Sang Putri mencegah. Lelaki itu mengurungkan niatnya.
Mempunyai
hubungan kausalitas dengan sekuen 5.
Sekuen
5 (5.1 – 5.4) : Lelaki itu melirik sang Putri. Sang Putri terdiam. Sang Putri
menangis. Lelaki itu duduk di dekat sang Putri. Hati lelaki itu diliputi
keingintahuan yang besar tentang apa yang sebenarnya terjadi.
Mempunyai
hubungan kausalitas dengan sekuen 6.
Sekuen
6 (6.1 – 6.5) : Sang Putri memulai ceritanya. Pangeran Cunihin sangatlah bengis
dan kejam. Pangeran Cunihin pun sangat berkuasa dan sakti mandraguna. Tiga hari
lagi Pangeran Cunihin akan datang dan memaksa kawin dengan Putri Arum. Putri Arum
mengakhiri ceritanya. Ki Pande tak kuasa menahan airmata.
Mempunyai
hubungan kausalitas dengan sekuen 7.
Sekuen
7 (7.1 – 7.4) : Ki Pande berusaha meyakinkan Putri Arum. Pangeran Cunihin harus
melubangi batu keramat supaya bisa dilalui manusia. Pangeran cunihin harus
meletakkan Batu itu di pesisir pantai. Semuanya harus dikerjakan tidak lebih
dan tiga hari. Putri Arum menyetujui.
Mempunyai
hubungan kausalitas dengan sekuen 8 .
Sekuen
8 (8.1 – 8.6) : Ki Pande mengajak Putri Arum ke tempat tinggalnya. Perjalanan
menuju tempat tinggal Ki Pande sangat melelahkan Putri Arum. Putri Arum jatuh
pingsan di atas sebuah batu cadas. Orang-orang kampung membantu Ki Pande
rnembawa Putri Arum. Orang-orang kampung merawatnya dengan penuh kasih sayang.
Tetua kampung mengatakan bahwa Putri Arum bisa segera pulih jika minum air
gunung yang memancar melalui batu cadas. Beberapa orang kampung bergegas
mencari sumber mata air batu cadas.
Mempunyai
hubungan kausalitas dengan sekuen 9.
Sekuen
9 (9 – 9.1) : Putri Arum kembali sehat setelah meminum air yang berasal dari
batu cadas itu. Penduduk kampung lalu memanggil Putri Arum dengan sebutan baru
yaitu Putri Cadasari.
Mempunyai
hubungan kausalitas dengan sekuen 10.
Sekuen
10 (10.1 – 10.2) : Ki Pande tengah menyiapkan rencana baru. Ki Pande membuat
gelang yang sangat besar, yang bisa dilalui manusia. Ki Pande akan memasang
gelang tersebut pada lingkaran lubang batu keramat yang dibuat Pangeran
Cunihin.
Mempunyai
hubungan kausalitas dengan sekuen 11.
Sekuen
11 (11.1 – 11.3) : Pangeran Cunihin datang menemui Putri Cadasari dan menagih
jawaban. Putri Cadasari pun mengajukan syarat kepada Pangeran Cunihin. Putri
Cadasari terkejut. Putri Cadasari segera menyembunyian keterkejutannya.
Mempunyai
hubungan kausalitas dengan sekuen 12.
Sekuen
12 (12.1 – 12.2) : Pangeran Cunihin berhasil menemukan batu keramat yang
disyaratkan. Pangeran Cunihin membawa Batu keramat tersebut ke sebuah pesisir
yang sangat indah. Ki Pande dan Putri Cadasari diam-diam mengikuti dari
kejauhan.
Mempunyai
hubungan kausalitas dengan sekuen 13.
Sekuen
13 (13.1 – 13.3) : Pangeran Cunihin duduk bersila di hadapan batu keramat.
Pangeran Cunihin menempelkan dua telapak tangannya ke batu keramat. Tangan
Pangeran Cunihin bergetar. Pangeran Cunihin mengangkat kedua tangannya seraya
berlari mencari Putri Cadasari.
Mempunyai
hubungan kausalitas dengan sekuen 14.
Sekuen
14 (14.1 – 14.5) : Ki Pande memasang gelang besar pada batu keramat yang telah
berlubang itu. Pangeran Cunihin telah berada kembali di situ bersama Putri
Cadasari. Pangeran Cunihin tertawa puas. Putri Cadasari terkejut heran
mendengar omongan Pangeran Cunihin. Pangeran Cunihin menarik tangan Putri
Cadasari untuk melihat batu keramat yang telah berlubang itu. Putri Cadasari
berusaha bersikap tenang dan mencoba menunjukkan kegembiraan.
Mempunyai
hubungan kausalitas dengan sekuen 15.
Sekuen
15 (15.1 – 15.6) : Pangeran Cunihin berjalan melewati lubang batu keramat itu.
Pangeran Cunihin merasakan tubuhnya sakit luar biasa. Pangeran Cunihin
berteriak-teriak sekuat tenaga, suaranya memecah angkasa dan seluruh
kekuatannya menghilang. Pangeran Cunihin berubah menjadi seorang tua renta
tanpa daya. Ki Pande pun berubah menjadi seorang pemuda tampan. Putri Cadasari
tidak mengerti menyaksikan keanehan-keanehan itu. Ki Pande menatap ke arah
Pangeran Cunihin yang terkulai tak berdaya.
Dan
terakhir mempunyai hubungan kausalitas dengan sekuen 16.
Sekuen
16 (16.1 – 16.2) : Pangeran Pande Gelang menggenggam tangan Putri Cadasari.
Keduanya meninggalkan batu keramat berlubang itu. Keduanya menikah dan hidup
berbahagia sampai akhir hayatnya. Sekian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar