CIRI DISTINGTIF
Pengantar
Distingtif merupakan suatu bentuk perkembangan baru dari
fonologi yang bertujuan menganalisis bunyi bahasa samapai ke tahap ciri
tertentu yang membedakan sebuah fonem dari yang lain. Tujuan utama teori ini
adalah untuk menemukan ciri-ciri minimal yang dapat digunakan untuk membedakan
bunyi-bunyi bahasa yang signifikan, dengan demikian dapat membedakan sebuah bahasa dari yang lain. Awal
perkembangan teori ini dibawa oleh Roman Jakobson seorang pendiri dan tokoh utama
Aliran Praha. Dalam pencariannya Jakobson menggunakan partikel-partikel
subfonemik yang tidak dapat lagi diuraikan lagi menjadi bagian yang lebih
kecil.
Fonem atau Feature
Berawal
dari pendapat Bloomfield yang kurang memuaskan mengakibatkan muncul beberapa
paham lain mengenai fonem dan cirri distingtif. Pertama, pada kenyataanya
fonem-fonem itu dapat diuraikan menjadi beberapa ciri yang membedakannya satu
dengan yang lainnya. Kedua, pada saat teori itu dikemukakan oleh Bloomfield
data fonetis ini belum dapat digunakan sebagaimana mestinya karena pada saat
itu fonologi masih mengalami empirisasi. Ketiga, karena ketiadaan data fisik
mengenai bunyi-bunyi bahasa maka penjelasan tentang bunyi-bunyi bahasa lebih
didasarkan pada psikologis.
Bunyi
ujaran ( speech sound) terbentuk secara alamiah oleh dan di dalam alat-alat
pengucapan. Bunyi itu mengelompok dan membentuk dengan apa yang disebut
kelas-kelas bunyi bahasa alamiah ( nasal, vocal, hambat, frikatif, liquid, dst.
Setiap kelompok itu pun akhirnya memiliki karakter bunyi yang berbeda antara satu
dengan yang lain. Dengan memperhatikan letak dan pengucapan bunyi serta
ditunjang oleh sifat dan kualitas bunyi akustik bunyi-bunyi ujar itu, para ahli
bahasa umumnya berpendapat bahwa ada seperangkat cirri yang menandai perbedaan
unyi-bunyi itu, cirridistingtif inilah yang nantinya disebut sebagai “ basic
units of phonology”.
Segmen
dan Ciri Distingtif
Ciri distingtif merupakan unit dasar fonologi, sedangkan
fonem adalah bagian yang bisa disegmenkan, setiap fonem mengandung ciri
pembeda. Pada suatu contoh bagan tentu terdapat spesifikasi + dan -. Jika +
berarti mengandung silabik, sedangkan jika – tidak mengandung silabik.
Pengelompokan
Ciri Distingtif
Dapat digolongkan menjadi 3 bagian : ciri utama, ciri
berdasarkan tempat artikulasi, dan ciri berdasarkan cara artikulasi.
1. Ciri
Utama
Digunakan untuk membedakan konsonan, vocal dan semivokal
yang disebut consonantal, silabik, sonorant dan nasal.
2. Ciri
Distingtif dan Tempat Artikulasi
Dikelompokan menjadi 5 ciri, yaitu koronal, anterior,
high, low, dan back. (a) Koronal
merupakan bunyi yang ditandai dengan penyempitan posisi glottis sehingga
apabila ada hembusan udara yang melewatinya pita suara akan otomatis bergetar.
(b) Anterior adalah bunyi ujar yang
dihasilkan dengan pusat penyempitan sebagai sumber bunyi berada di sebelah
depan pangkal gusi. (c) High adalah
bunyi yang dihasilkan dengan badan lidah terangkat. (d) Low dengan lidah yang ditarik kesebelah bawah. (e) Back lidah ditarik kebelakang sampai
mencapai rongga kerongkongan.
3. Ciri
Distingtif dan Cara Artikulasi
Terbagi menjadi 6
ciri yaitu kontinuan, delayed-release, strident, voice, aspirasi, dan lateral.
(A) Kontinuan adalah kelompok bunyi yang dihasilkan dengan mengalirkan udara
kerongga mulut dengan bebas. (B) Delayed-release dihasilkan dengan diletupkan
segera setelah penutupan alat-alat ucap dan dilepaskan perlahan-lahan sehingga
menghasilkan bunyi afrikat. (C) Strident ditandai dengan pelepasan bunyi dalam
intensitas yang tinggi. (D) Voice
dihasilkan dengan menggetarkan pita suara. (E) Aspirasi membedakan kelompok
bunyi yang beraspirasi dan yang tidak. (F) Lateral membedakan antara bunyi
Lateral alir dan non-lateral.
4. Cirri
Distingtif untuk Vokal
Terdiri dari round
bunyi yang dihasilkan dengan membentuk bibir menjadi agak melingkar. Tense dihasilkan dengan sedikit
penekanan pada vocal sehingga menghasilkan bunyi yang agak panjang. Reduced digunakan khusus membedakan
vocal schwa dari yang lainnya.
Pemakaian
Ciri Distingtif
Pemakaian ciri distingtif pada umumnya digunakan secara
selektif dan tidak semua ciri kita pakai untuk menandai sebuah bunyi bahasa,
karena sangat dimungkinkan akan mengakibatkan penandaan bunyi bahasa yang
berlebihan atau yangbiasa disebut dengan redundant. Untuk mengurangi hal
tersebut terdapat dua cara yang digunakan agar penggunaan cirri distingtif
tidak menjadi penandaan yang berlebihan.
Pertama mengelompokkan ciri distingtif pada bunyi-bunyi
yang berada dalam kelompok yang sama. Dengan demikian untuk kelas vocal kita
tidak perlu membandingkanny dengan kelas konsonan. Begitupula untuk menandai bunyi nasal
misalnya kita tidak perlu mencantumkan semua bentuk ciri karena kita mengetahui
bahwa bentuk bunyi nasal mempunyai ciri yang khas yang tidak dimiliki konsonan
lainnya. Kedua, dengan membandingakan bunyi-bunyi yang akan kita beri tanda di
dalam stu kelas yang sama.
Denagn
kedua cara di atas kita telah dapat membuat rumusan tentang ciri-ciri yang
berlebihan yang disebut Redundancy Rules (RR). Dari RR ini kita akan dapat
menangkap isyarat danmeramalkan keterangan tambahan tentang ciri-ciri yang
melekat pada sebuah bunyi. Pemakaian
cirri-ciri dan perumusan cirri-ciri berdasarkan cirri distingtif merupakan
nyawa dalam pembahasan bunyi bahasa. Penguasaan istilah di atas berikut
karakteristiknya merupakan syarat mutlak untuk dapat memahami dan mengikuti
perbincangan tentang fonologo generative.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar