Kamis, 02 Januari 2014

FONOLOGI-Ciri Distingtif (Suhendra Yusuf)

CIRI DISTINGTIF
Pengantar
            Distingtif merupakan suatu bentuk perkembangan baru dari fonologi yang bertujuan menganalisis bunyi bahasa samapai ke tahap ciri tertentu yang membedakan sebuah fonem dari yang lain. Tujuan utama teori ini adalah untuk menemukan ciri-ciri minimal yang dapat digunakan untuk membedakan bunyi-bunyi bahasa yang signifikan, dengan demikian dapat  membedakan sebuah bahasa dari yang lain. Awal perkembangan teori ini dibawa oleh Roman Jakobson seorang pendiri dan tokoh utama Aliran Praha. Dalam pencariannya Jakobson menggunakan partikel-partikel subfonemik yang tidak dapat lagi diuraikan lagi menjadi bagian yang lebih kecil.
 Fonem atau Feature
            Berawal dari pendapat Bloomfield yang kurang memuaskan mengakibatkan muncul beberapa paham lain mengenai fonem dan cirri distingtif. Pertama, pada kenyataanya fonem-fonem itu dapat diuraikan menjadi beberapa ciri yang membedakannya satu dengan yang lainnya. Kedua, pada saat teori itu dikemukakan oleh Bloomfield data fonetis ini belum dapat digunakan sebagaimana mestinya karena pada saat itu fonologi masih mengalami empirisasi. Ketiga, karena ketiadaan data fisik mengenai bunyi-bunyi bahasa maka penjelasan tentang bunyi-bunyi bahasa lebih didasarkan pada psikologis.
            Bunyi ujaran ( speech sound) terbentuk secara alamiah oleh dan di dalam alat-alat pengucapan. Bunyi itu mengelompok dan membentuk dengan apa yang disebut kelas-kelas bunyi bahasa alamiah ( nasal, vocal, hambat, frikatif, liquid, dst. Setiap kelompok itu pun akhirnya memiliki karakter bunyi yang berbeda antara satu dengan yang lain. Dengan memperhatikan letak dan pengucapan bunyi serta ditunjang oleh sifat dan kualitas bunyi akustik bunyi-bunyi ujar itu, para ahli bahasa umumnya berpendapat bahwa ada seperangkat cirri yang menandai perbedaan unyi-bunyi itu, cirridistingtif inilah yang nantinya disebut sebagai “ basic units of phonology”.


Segmen dan Ciri Distingtif
Ciri distingtif merupakan unit dasar fonologi, sedangkan fonem adalah bagian yang bisa disegmenkan, setiap fonem mengandung ciri pembeda. Pada suatu contoh bagan tentu terdapat spesifikasi + dan -. Jika + berarti mengandung silabik, sedangkan jika – tidak mengandung silabik.
Pengelompokan Ciri Distingtif
            Dapat digolongkan menjadi 3 bagian : ciri utama, ciri berdasarkan tempat artikulasi, dan ciri berdasarkan cara artikulasi.
1.      Ciri Utama
Digunakan untuk membedakan konsonan, vocal dan semivokal yang disebut consonantal, silabik, sonorant dan nasal.
2.      Ciri Distingtif dan Tempat Artikulasi
Dikelompokan menjadi 5 ciri, yaitu koronal, anterior, high, low, dan back. (a) Koronal merupakan bunyi yang ditandai dengan penyempitan posisi glottis sehingga apabila ada hembusan udara yang melewatinya pita suara akan otomatis bergetar. (b) Anterior adalah bunyi ujar yang dihasilkan dengan pusat penyempitan sebagai sumber bunyi berada di sebelah depan pangkal gusi. (c) High adalah bunyi yang dihasilkan dengan badan lidah terangkat. (d) Low dengan lidah yang ditarik kesebelah bawah. (e) Back lidah ditarik kebelakang sampai mencapai rongga kerongkongan.
3.      Ciri Distingtif dan Cara Artikulasi
Terbagi menjadi 6 ciri yaitu kontinuan, delayed-release, strident, voice, aspirasi, dan lateral. (A) Kontinuan adalah kelompok bunyi yang dihasilkan dengan mengalirkan udara kerongga mulut dengan bebas. (B) Delayed-release dihasilkan dengan diletupkan segera setelah penutupan alat-alat ucap dan dilepaskan perlahan-lahan sehingga menghasilkan bunyi afrikat. (C) Strident ditandai dengan pelepasan bunyi dalam intensitas yang tinggi.  (D) Voice dihasilkan dengan menggetarkan pita suara. (E) Aspirasi membedakan kelompok bunyi yang beraspirasi dan yang tidak. (F) Lateral membedakan antara bunyi Lateral alir dan non-lateral.

4.      Cirri Distingtif untuk Vokal
Terdiri dari round bunyi yang dihasilkan dengan membentuk bibir menjadi agak melingkar. Tense dihasilkan dengan sedikit penekanan pada vocal sehingga menghasilkan bunyi yang agak panjang. Reduced digunakan khusus membedakan vocal schwa dari yang lainnya.
Pemakaian Ciri Distingtif
Pemakaian ciri distingtif pada umumnya digunakan secara selektif dan tidak semua ciri kita pakai untuk menandai sebuah bunyi bahasa, karena sangat dimungkinkan akan mengakibatkan penandaan bunyi bahasa yang berlebihan atau yangbiasa disebut dengan redundant. Untuk mengurangi hal tersebut terdapat dua cara yang digunakan agar penggunaan cirri distingtif tidak menjadi penandaan yang berlebihan.
Pertama mengelompokkan ciri distingtif pada bunyi-bunyi yang berada dalam kelompok yang sama. Dengan demikian untuk kelas vocal kita tidak perlu membandingkanny dengan kelas konsonan.  Begitupula untuk menandai bunyi nasal misalnya kita tidak perlu mencantumkan semua bentuk ciri karena kita mengetahui bahwa bentuk bunyi nasal mempunyai ciri yang khas yang tidak dimiliki konsonan lainnya. Kedua, dengan membandingakan bunyi-bunyi yang akan kita beri tanda di dalam stu kelas yang sama.
            Denagn kedua cara di atas kita telah dapat membuat rumusan tentang ciri-ciri yang berlebihan yang disebut Redundancy Rules (RR). Dari RR ini kita akan dapat menangkap isyarat danmeramalkan keterangan tambahan tentang ciri-ciri yang melekat pada sebuah bunyi.   Pemakaian cirri-ciri dan perumusan cirri-ciri berdasarkan cirri distingtif merupakan nyawa dalam pembahasan bunyi bahasa. Penguasaan istilah di atas berikut karakteristiknya merupakan syarat mutlak untuk dapat memahami dan mengikuti perbincangan tentang fonologo generative.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar