Rabu, 01 Januari 2014

Mari Membuat Berita



Minimnya Budaya Membaca di Kalangan Mahasiswa

Dalam membaca buku, mahasiswa merasa kurang mendapatkan banyak pengetahuan. Membaca merupakan aktivitas yang membosankan dan cenderung membuang waktu.
Salah satu karateristik kampus sebagai institusi akademik adalah aktivitas civitas akademik yang didalamnya terus-menerus menggali dan mengasah ilmu pengetahuannya dengan belajar. Belajar merupakan upaya yang dilakukan oleh civitas akademika baik dosen maupun mahasiswa untuk memperoleh ilmu dan pengetahuan agar menjadi tahu, mengerti dan memahami sesuatu dari yang sebelumnya tidak tahu, tidak mengerti dan tidak memahami.
Di kampus, belajar dapat ditempuh dengan berbagai cara diantaranya dengan mengikuti perkuliahan, berdiskusi, meneliti, mengikuti organisasi mahasiswa, dan sekedar waktu luang pergantian jam kuliah pun bisa dimanfaatkan untuk membaca buku. Kenyataannya saat ini muncul permasalahan dimana minat mahasiswa dalam usaha menambah wawasan sangatlah rendah. Hal inilah yang terjadi juga di Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS ini.
Tegar, salah satu mahasiswa Sastra Indonesia mengungkapkan, “ Disaat jeda perkuliahan atau jam perkuliahan kosong, kegiatan yang saya dan teman-teman lakukan adalah duduk di ringin belakang pengajaran sambil berbincang-bincang tentang hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan akademik. Jika tidak di ringin, kami biasa duduk di kantin atau sekedar nongkrong di gazebo, “ tuturnya.
Terkait minat baca, dia mengatakan, “ Membaca biasanya karena ada tugas dari dosen atau menjelang ujian. Selain itu, Membaca membutuhkan konsentrasi tinggi dan sebagian orang mengalami masalah dengan konsentrasi ini. Termasuk saya. ketika membaca biasanya bacaan itu langsung lupa, susah sekali untuk mengingat bacaan yang baru saja di baca, “ lanjutnya singkat.
Lain halnya dengan mahasiswa Sastra Cina, Dimas mengatakan, “ Dalam membaca buku mahasiswa merasa kurang mendapatkan banyak pengetahuan, membaca merupakan aktivitas yang membosankan dan cenderung membuang waktu. Waktu yang tersisa sehabis kuliah lebih baik digunakan untuk kerja sampingan buat nambah pembayaran semesteran, “ terangnya.
Riyadi, selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa merasa prihatin dengan sikap generasi penerus bangsa yang kian surut akan budaya minat baca. Lanjutnya lagi, “ Aktivitas mahasiswa FSSR saat waktu-waktu tidak ada perkuliahan memang beragam, namun sebagian besar tidak melakukan aktivitas untuk membaca. Kampus yang semestinya menjadi pergulatan ilmu pengetahuan dengan kegiatan-kegiatan mahasiswa yang mengarah pada kegiatan-kegiatan yang positif seperti membaca dan berdiskusi justru tidak nampak, yang terjadi sebaliknya sebagian mahasiswa lebih banyak memgang HP bukan buku dan membaca SMS-an atau ngobrol hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan ilmu pengetahuan, “ tuturnya menjelaskan.
Selanjutnya, Riyadi mengatakan, inilah yang menunjukkan bahwa betapa rendahnya kesadaran mahasiswa untuk belajar. Memang masih sulit menumbuhkan budaya membaca bagi orang-orang yang jarang membaca. Kuncinya hanya satu. Kembali pada diri individu itu sendiri. Tinggal ada kemauan untuk maju atau tidak. Atau juga dengan kata lain, perlu sebuah motivasi yang muncul dari dalam diri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar