Minimnya Budaya
Membaca di Kalangan Mahasiswa
Dalam
membaca buku, mahasiswa merasa kurang mendapatkan banyak pengetahuan. Membaca
merupakan aktivitas yang membosankan dan cenderung membuang waktu.
Salah satu karateristik kampus sebagai institusi akademik
adalah aktivitas civitas akademik yang didalamnya terus-menerus menggali dan
mengasah ilmu pengetahuannya dengan belajar. Belajar merupakan upaya yang
dilakukan oleh civitas akademika baik dosen maupun mahasiswa untuk memperoleh
ilmu dan pengetahuan agar menjadi tahu, mengerti dan memahami sesuatu dari yang
sebelumnya tidak tahu, tidak mengerti dan tidak memahami.
Di kampus, belajar dapat ditempuh dengan berbagai cara
diantaranya dengan mengikuti perkuliahan, berdiskusi, meneliti, mengikuti
organisasi mahasiswa, dan sekedar waktu luang pergantian jam kuliah pun bisa
dimanfaatkan untuk membaca buku. Kenyataannya saat ini muncul permasalahan
dimana minat mahasiswa dalam usaha menambah wawasan sangatlah rendah. Hal
inilah yang terjadi juga di Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS ini.
Tegar, salah satu mahasiswa Sastra Indonesia
mengungkapkan, “ Disaat jeda perkuliahan atau jam perkuliahan kosong, kegiatan
yang saya dan teman-teman lakukan adalah duduk di ringin belakang pengajaran
sambil berbincang-bincang tentang hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan
akademik. Jika tidak di ringin, kami biasa duduk di kantin atau sekedar
nongkrong di gazebo, “ tuturnya.
Terkait minat baca, dia mengatakan, “ Membaca biasanya
karena ada tugas dari dosen atau menjelang ujian. Selain itu, Membaca
membutuhkan konsentrasi tinggi dan sebagian orang mengalami masalah dengan
konsentrasi ini. Termasuk saya. ketika membaca biasanya bacaan itu langsung
lupa, susah sekali untuk mengingat bacaan yang baru saja di baca, “ lanjutnya
singkat.
Lain halnya dengan mahasiswa Sastra Cina, Dimas mengatakan,
“ Dalam membaca buku mahasiswa merasa kurang mendapatkan banyak pengetahuan,
membaca merupakan aktivitas yang membosankan dan cenderung membuang waktu.
Waktu yang tersisa sehabis kuliah lebih baik digunakan untuk kerja sampingan
buat nambah pembayaran semesteran, “ terangnya.
Riyadi, selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa merasa
prihatin dengan sikap generasi penerus bangsa yang kian surut akan budaya minat
baca. Lanjutnya lagi, “ Aktivitas mahasiswa FSSR saat waktu-waktu tidak ada
perkuliahan memang beragam, namun sebagian besar tidak melakukan aktivitas
untuk membaca. Kampus yang semestinya menjadi pergulatan ilmu pengetahuan
dengan kegiatan-kegiatan mahasiswa yang mengarah pada kegiatan-kegiatan yang
positif seperti membaca dan berdiskusi justru tidak nampak, yang terjadi
sebaliknya sebagian mahasiswa lebih banyak memgang HP bukan buku dan membaca
SMS-an atau ngobrol hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan ilmu pengetahuan, “
tuturnya menjelaskan.
Selanjutnya, Riyadi mengatakan, inilah yang menunjukkan
bahwa betapa rendahnya kesadaran mahasiswa untuk belajar. Memang masih sulit
menumbuhkan budaya membaca bagi orang-orang yang jarang membaca. Kuncinya hanya
satu. Kembali pada diri individu itu sendiri. Tinggal ada kemauan untuk maju
atau tidak. Atau juga dengan kata lain, perlu sebuah motivasi yang muncul dari
dalam diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar