CERITA PROSA
“ASAL MULA BANYUWANGI”
DENGAN
MATERI FOLKLORE
Folklore Prosa
Asal Mula Banyuwangi
Jenis Folklore : legenda “Asal Mula Banyuwangi”
Sumber : dari buku, dari internet
Asal : Banyuwangi, Jawa timur
1. Diskripsi isi
Isi cerita :
Pada zaman dahulu di kawasan ujung timur Propinsi Jawa Timur terdapat sebuah kerajaan besar yang diperintah oleh seorang Raja yang adil dan bijaksana. Raja tersebut mempunyai seorang putra yang gagah bernama Raden Banterang. Kegemaran Raden Banterang adalah berburu. “Pagi hari ini aku akan berburu ke hutan. Siapkan alat berburu,” kata Raden Banterang kepada para abdinya. Setelah peralatan berburu siap, Raden Banterang disertai beberapa pengiringnya berangkat ke hutan. Ketika Raden Banterang berjalan sendirian, ia melihat seekor kijang melintas di depannya. Ia segera mengejar kijang itu hingga masuk jauh ke hutan. Ia terpisah dengan para pengiringnya.
“Kemana seekor kijang tadi?”, kata Raden Banterang, ketika kehilangan jejak buruannya. “Akan ku cari terus sampai dapat,” tekadnya. Raden Banterang menerobos semak belukar dan pepohonan hutan. Namun, binatang buruan itu tidak ditemukan. Ia tiba di sebuah sungai yang sangat bening airnya. “Hem, segar nian air sungai ini,” Raden Banterang minum air sungai itu, sampai merasa hilang dahaganya. Setelah itu, ia meninggalkan sungai. Namun baru beberapa langkah berjalan, tiba-tiba dikejutkan kedatangan seorang gadis cantik jelita.
“Ha? Seorang gadis cantik jelita? Benarkah ia seorang manusia? Jangan-jangan setan penunggu hutan,” gumam Raden Banterang bertanya-tanya. Raden Banterang memberanikan diri mendekati gadis cantik itu. “Kau manusia atau penunggu hutan?” sapa Raden Banterang. “Saya manusia,” jawab gadis itu sambil tersenyum. Raden Banterang pun memperkenalkan dirinya. Gadis cantik itu menyambutnya. “Nama saya Surati berasal dari kerajaan Klungkung”. “Saya berada di tempat ini karena menyelamatkan diri dari serangan musuh. Ayah saya telah gugur dalam mempertahankan mahkota kerajaan,” Jelasnya. Mendengar ucapan gadis itu, Raden Banterang terkejut bukan kepalang. Melihat penderitaan puteri Raja Klungkung itu, Raden Banterang segera menolong dan mengajaknya pulang ke istana. Tak lama kemudian mereka menikah membangun keluarga bahagia.
Pada suatu hari, puteri Raja Klungkung berjalan-jalan sendirian ke luar istana. “Surati! Surati!”, panggil seorang laki-laki yang berpakaian compang-camping. Setelah mengamati wajah lelaki itu, ia baru sadar bahwa yang berada di depannya adalah kakak kandungnya bernama Rupaksa. Maksud kedatangan Rupaksa adalah untuk mengajak adiknya untuk membalas dendam, karena Raden Banterang telah membunuh ayahandanya. Surati menceritakan bahwa ia mau diperistri Raden Banterang karena telah berhutang budi. Dengan begitu, Surati tidak mau membantu ajakan kakak kandungnya. Rupaksa marah mendengar jawaban adiknya. Namun, ia sempat memberikan sebuah kenangan berupa ikat kepala kepada Surati. “Ikat kepala ini harus kau simpan di bawah tempat tidurmu,” pesan Rupaksa.
Pertemuan Surati dengan kakak kandungnya tidak diketahui oleh Raden Banterang, dikarenakan Raden Banterang sedang berburu di hutan. Tatkala Raden Banterang berada di tengah hutan, tiba-tiba pandangan matanya dikejutkan oleh kedatangan seorang lelaki berpakaian compang-camping. “Tuangku, Raden Banterang. Keselamatan Tuan terancam bahaya yang direncanakan oleh istri tuan sendiri,” kata lelaki itu. “Tuan bisa melihat buktinya, dengan melihat sebuah ikat kepala yang diletakkan di bawah tempat peraduannya. Ikat kepala itu milik lelaki yang dimintai tolong untuk membunuh Tuan,” jelasnya. Setelah mengucapkan kata-kata itu, lelaki berpakaian compang-camping itu hilang secara misterius. Terkejutlah Raden Banterang mendengar laporan lelaki misterius itu. Ia pun segera pulang ke istana. Setelah tiba di istana, Raden Banterang langsung menuju ke peraaduan istrinya. Dicarinya ikat kepala yang telah diceritakan oleh lelaki berpakaian compang-camping yang telah menemui di hutan. “Ha! Benar kata lelaki itu! Ikat kepala ini sebagai bukti! Kau merencanakan mau membunuhku dengan minta tolong kepada pemilik ikat kepala ini!” tuduh Raden Banterang kepada istrinya. “ Begitukah balasanmu padaku?” tandas Raden Banterang.”Jangan asal tuduh. Adinda sama sekali tidak bermaksud membunuh Kakanda, apalagi minta tolong kepada seorang lelaki!” jawab Surati. Namun Raden Banterang tetap pada pendiriannya, bahwa istrinya yang pernah ditolong itu akan membahayakan hidupnya. Nah, sebelum nyawanya terancam, Raden Banterang lebih dahulu ingin mencelakakan istrinya.
Raden Banterang berniat menenggelamkan istrinya di sebuah sungai. Setelah tiba di sungai, Raden Banterang menceritakan tentang pertemuan dengan seorang lelaki compang-camping ketika berburu di hutan. Sang istri pun menceritakan tentang pertemuan dengan seorang lelaki berpakaian compang-camping seperti yang dijelaskan suaminya. “Lelaki itu adalah kakak kandung Adinda. Dialah yang memberi sebuah ikat kepala kepada Adinda,” Surati menjelaskan kembali, agar Raden Banterang luluh hatinya. Namun, Raden Banterang tetap percaya bahwa istrinya akan mencelakakan dirinya. “Kakanda suamiku! Bukalah hati dan perasaan Kakanda! Adinda rela mati demi keselamatan Kakanda. Tetapi berilah kesempatan kepada Adinda untuk menceritakan perihal pertemuan Adinda dengan kakak kandung Adinda bernama Rupaksa,” ucap Surati mengingatkan.
“Kakak Adindalah yang akan membunuh kakanda! Adinda diminati bantuan, tetapi Adinda tolak!”. Mendengar hal tersebut , hati Raden Banterang tidak cair bahkan menganggap istrinya berbohong.. “Kakanda ! Jika air sungai ini menjadi bening dan harum baunya, berarti Adinda tidak bersalah! Tetapi, jika tetap keruh dan bau busuk, berarti Adinda bersalah!” seru Surati. Raden Banterang menganggap ucapan istrinya itu mengada-ada. Maka, Raden Banterang segera menghunus keris yang terselip di pinggangnya. Bersamaan itu pula, Surati melompat ke tengah sungai lalu menghilang.
Tidak berapa lama, terjadi sebuah keajaiban. Bau nan harum merebak di sekitar sungai. Melihat kejadian itu, Raden Banterang berseru dengan suara gemetar. “Istriku tidak berdosa! Air kali ini harum baunya!” Betapa menyesalnya Raden Banterang. Ia meratapi kematian istrinya, dan menyesali kebodohannya. Namun sudah terlambat.
Sejak itu, sungai menjadi harum baunya. Dalam bahasa Jawa disebut Banyuwangi. Banyu artinya air dan wangi artinya harum. Nama Banyuwangi kemudian menjadi nama kota Banyuwangi.
Penceritaan Isi Kembali
Zaman dahulu di kawasan ujung timur Propinsi Jawa Timur terdapat sebuah kerajaan besar yang diperintah oleh seorang Raja yang adil dan bijaksana. Raja tersebut mempunya seorang anak laki-laki yang bernama raden banterang. Raden Banterang sangatlah senang berburu dan mengajak para abdinya. Suatu ketika raden Baterang pergi ke hutan dengan abdinya. Di hutan ia melihat seokor kijang, dan ia ingin sekali memburunya. Tapi kijang itu lari melarikan diri. Tapi tiba-tiba di hutan ia melihat wanita cantik. Raden Banterang banterang lalu berkenalan dengannya. Ternyata perempuan cantik itu bernama surati dari desa Klungkung. Raden Banterang jatuh cinta kepada Surati. Raden Banterang kemudian menikah dengan Surati. Surati merasa ditolong oleh Raden Banterang oleh karena itu ia mau dinikahinya.
Pada suatu hari, puteri Raja Klungkung berjalan-jalan sendirian ke luar istana. Tidak berapa lama ada seorang laki-laki memangil Surati. Laki-laki itu berpakaian sangat compang-camping. Ternyata laki-laki itu adalah kakak kandung Surati yang bernama Rupaksa. Ia meminta adiknya untuk membalaskan dendam atas kematian ayahnya. Tetapi Surati menolak akan hal itu walaupun kakaknya begitu meyakinkanya. Rupaksa akhirnya menyerah dan menyerahkan ikat kepala kepada Surati agar di simpannya dibawah bantalnya. Surati menerima hal itu. Disisi lain, Rupaksa kakak Surati menemui Raden Banterang dan mengatakan nahwa Surati ingin membunuhnya dengan bukti ikat kepala di bawah bantal tempat tidurnya. Raden Baterang mempercayai hal itu. Raden banterang berniat untuk membunuh Surati di sebuah sungai sebelum ia dibunuh Surati. Walaupun Surati telah menjelaskan kejadian sebenarnya, tetapi suaminya tidak mempercayainya. Akhirnya, Surati diceburkan ke sungai oleh Raden Banterang. Sebelumnya Surati mengungkap kejujuranya jika ia di ceburkan dan sungai tersebut berbau tidak wangi maka ia berbohong, tetapi jika berbau wangi maka Surati tidak berbohong atas hal ini. Maka setelah Surati diceburkan ke sungai, sungai itu berbau harum dan membuktikan bahwa Surati tidak berbohong. Menyesalah raden Banterang atas hal ini. Sejak saat itu daerah tersebut diberi nama Banyuwangi.
2. Komentar
Menurut saya, legenda “ Asal Mula Banyuwangi” itu sangat lah bagus ceritanya. Legenda tersebut mengambarkan banyag sosok-sosak yang dapat kita ambil watak dalam tokoh tersebut, dan watak-watak yang baik dapat kita jadikan contoh dalam diri kita. Misalnya saja sosok Surati istri dari Raden Banterang yang memiliki sifat jujur dan tau berbalas budi dengan orang lain. Legenda tersebut juga mengambarkan hal-hal negatife yang tidak baik di lakukan oleh manusia yang sekiranya dapat menjadi pembelajaran dalam diri kita.
3. Kesimpulan
Cerita prosa rakyat adalah salah satu bentuk atau genre folklore yang banyak diteliti. Cerita prosa rakyat sendiri adalah karangan yang tidak terikat persajakan. Jenis prosa sendiri ada tiga yaitu mite, legenda, dongeng. Dalam tugas ini saya mengambil cerita prosa yang berjenis legenda.
Dalam legenda tersebut saya dapat menyimpulkan bahwa legenda sendiri adalah suatu cerita yang dipercaya benar-benar terjadi yang masih dapat kita saksikan hasilnya oleh manusia sekarang ini dan legenda sendiri dianggap sebagai sejarah kolektif. Contoh dari legenda sendiri adalah seperti yang saya tuliskan yaitu Asal Mula Banyuwangi yang sekarang menjadi nama kota “Banyuwangi”, serta bisa juga Roro Jonggrang dan masih banyak legenda yang dapat kita pelajari.
Legenda “Asal Mula banyuwangi” yang saya ceritakan ini pastinya mempunyai hal-hal yang dapat kita ambil pesan atau moral yang disampaikan dalam legenda tersebut yang bernilai baik yang dapat kita jadikan contoh.
Pesan yang Disampaikan dalam Legenda Asal Mula Banyuwangi :
• Bahwa manusia hidup itu tidak lepas dari bantuan orang lain atau biasa disebut mahluk sosia yang pada hakekatnya harus saling tolong menolong. Dalam legenda tersebut menceritakan Sukati yang mau balas budi dengan Raden Banterang yang telah menolongnya sehingga ia mau dinikahi.
• Sebagai manusia kita harus mempunyai sifat jujur dalam keadaan apapun.
• Bahwasanya tidak selalu kejahatan dibalas dengan kejahatan. Balaslah kejahatan seseorang dengan suatu kebaikan, lama-lama orang yang jahat itu akan luluh hatinya dengan kebaikan yang kita lakukan.
• Janganlah kita cepat menurut dengan perintah orang lain jika perintah tersebut tidak baik, walaupun perintah tersebut datang dari keluarga kita sendiri. Seperti yang dilakukan oleh kakak Sukati yng mempengaruhi Sukati untuk membalas dendam karena kematian ayah mereka.
• Berfikirlah terlebih dahulu sebelum melakukan sebuah tindakan. Berfikirlah jangan hanya satu kali. Berfikir, berfikir, dan berfikir barulah lakukan sebuah tindakan agar tidak menyesal nantinya jika kita hanya berfikir sekali dan langsung melakukan tindakan.
4. Sumber Legenda “Asal Mula Banyuwangi”
Saya mengambil dua sumber dari legenda tersebut agar saling melengkapi, walaupun juga terdapat perbedaan, tetapi inti cerita tersebut adalah sama.
Sumber :
• Buku : 27 Cerita Rakyat karangan MB. Rahimsyah
Daftar Pustaka
1. Rahimsyah M.2006. 27 Cerita Rakyat. Solo : Bringin 55
“ASAL MULA BANYUWANGI”
DENGAN
MATERI FOLKLORE
Folklore Prosa
Asal Mula Banyuwangi
Jenis Folklore : legenda “Asal Mula Banyuwangi”
Sumber : dari buku, dari internet
Asal : Banyuwangi, Jawa timur
1. Diskripsi isi
Isi cerita :
Pada zaman dahulu di kawasan ujung timur Propinsi Jawa Timur terdapat sebuah kerajaan besar yang diperintah oleh seorang Raja yang adil dan bijaksana. Raja tersebut mempunyai seorang putra yang gagah bernama Raden Banterang. Kegemaran Raden Banterang adalah berburu. “Pagi hari ini aku akan berburu ke hutan. Siapkan alat berburu,” kata Raden Banterang kepada para abdinya. Setelah peralatan berburu siap, Raden Banterang disertai beberapa pengiringnya berangkat ke hutan. Ketika Raden Banterang berjalan sendirian, ia melihat seekor kijang melintas di depannya. Ia segera mengejar kijang itu hingga masuk jauh ke hutan. Ia terpisah dengan para pengiringnya.
“Kemana seekor kijang tadi?”, kata Raden Banterang, ketika kehilangan jejak buruannya. “Akan ku cari terus sampai dapat,” tekadnya. Raden Banterang menerobos semak belukar dan pepohonan hutan. Namun, binatang buruan itu tidak ditemukan. Ia tiba di sebuah sungai yang sangat bening airnya. “Hem, segar nian air sungai ini,” Raden Banterang minum air sungai itu, sampai merasa hilang dahaganya. Setelah itu, ia meninggalkan sungai. Namun baru beberapa langkah berjalan, tiba-tiba dikejutkan kedatangan seorang gadis cantik jelita.
“Ha? Seorang gadis cantik jelita? Benarkah ia seorang manusia? Jangan-jangan setan penunggu hutan,” gumam Raden Banterang bertanya-tanya. Raden Banterang memberanikan diri mendekati gadis cantik itu. “Kau manusia atau penunggu hutan?” sapa Raden Banterang. “Saya manusia,” jawab gadis itu sambil tersenyum. Raden Banterang pun memperkenalkan dirinya. Gadis cantik itu menyambutnya. “Nama saya Surati berasal dari kerajaan Klungkung”. “Saya berada di tempat ini karena menyelamatkan diri dari serangan musuh. Ayah saya telah gugur dalam mempertahankan mahkota kerajaan,” Jelasnya. Mendengar ucapan gadis itu, Raden Banterang terkejut bukan kepalang. Melihat penderitaan puteri Raja Klungkung itu, Raden Banterang segera menolong dan mengajaknya pulang ke istana. Tak lama kemudian mereka menikah membangun keluarga bahagia.
Pada suatu hari, puteri Raja Klungkung berjalan-jalan sendirian ke luar istana. “Surati! Surati!”, panggil seorang laki-laki yang berpakaian compang-camping. Setelah mengamati wajah lelaki itu, ia baru sadar bahwa yang berada di depannya adalah kakak kandungnya bernama Rupaksa. Maksud kedatangan Rupaksa adalah untuk mengajak adiknya untuk membalas dendam, karena Raden Banterang telah membunuh ayahandanya. Surati menceritakan bahwa ia mau diperistri Raden Banterang karena telah berhutang budi. Dengan begitu, Surati tidak mau membantu ajakan kakak kandungnya. Rupaksa marah mendengar jawaban adiknya. Namun, ia sempat memberikan sebuah kenangan berupa ikat kepala kepada Surati. “Ikat kepala ini harus kau simpan di bawah tempat tidurmu,” pesan Rupaksa.
Pertemuan Surati dengan kakak kandungnya tidak diketahui oleh Raden Banterang, dikarenakan Raden Banterang sedang berburu di hutan. Tatkala Raden Banterang berada di tengah hutan, tiba-tiba pandangan matanya dikejutkan oleh kedatangan seorang lelaki berpakaian compang-camping. “Tuangku, Raden Banterang. Keselamatan Tuan terancam bahaya yang direncanakan oleh istri tuan sendiri,” kata lelaki itu. “Tuan bisa melihat buktinya, dengan melihat sebuah ikat kepala yang diletakkan di bawah tempat peraduannya. Ikat kepala itu milik lelaki yang dimintai tolong untuk membunuh Tuan,” jelasnya. Setelah mengucapkan kata-kata itu, lelaki berpakaian compang-camping itu hilang secara misterius. Terkejutlah Raden Banterang mendengar laporan lelaki misterius itu. Ia pun segera pulang ke istana. Setelah tiba di istana, Raden Banterang langsung menuju ke peraaduan istrinya. Dicarinya ikat kepala yang telah diceritakan oleh lelaki berpakaian compang-camping yang telah menemui di hutan. “Ha! Benar kata lelaki itu! Ikat kepala ini sebagai bukti! Kau merencanakan mau membunuhku dengan minta tolong kepada pemilik ikat kepala ini!” tuduh Raden Banterang kepada istrinya. “ Begitukah balasanmu padaku?” tandas Raden Banterang.”Jangan asal tuduh. Adinda sama sekali tidak bermaksud membunuh Kakanda, apalagi minta tolong kepada seorang lelaki!” jawab Surati. Namun Raden Banterang tetap pada pendiriannya, bahwa istrinya yang pernah ditolong itu akan membahayakan hidupnya. Nah, sebelum nyawanya terancam, Raden Banterang lebih dahulu ingin mencelakakan istrinya.
Raden Banterang berniat menenggelamkan istrinya di sebuah sungai. Setelah tiba di sungai, Raden Banterang menceritakan tentang pertemuan dengan seorang lelaki compang-camping ketika berburu di hutan. Sang istri pun menceritakan tentang pertemuan dengan seorang lelaki berpakaian compang-camping seperti yang dijelaskan suaminya. “Lelaki itu adalah kakak kandung Adinda. Dialah yang memberi sebuah ikat kepala kepada Adinda,” Surati menjelaskan kembali, agar Raden Banterang luluh hatinya. Namun, Raden Banterang tetap percaya bahwa istrinya akan mencelakakan dirinya. “Kakanda suamiku! Bukalah hati dan perasaan Kakanda! Adinda rela mati demi keselamatan Kakanda. Tetapi berilah kesempatan kepada Adinda untuk menceritakan perihal pertemuan Adinda dengan kakak kandung Adinda bernama Rupaksa,” ucap Surati mengingatkan.
“Kakak Adindalah yang akan membunuh kakanda! Adinda diminati bantuan, tetapi Adinda tolak!”. Mendengar hal tersebut , hati Raden Banterang tidak cair bahkan menganggap istrinya berbohong.. “Kakanda ! Jika air sungai ini menjadi bening dan harum baunya, berarti Adinda tidak bersalah! Tetapi, jika tetap keruh dan bau busuk, berarti Adinda bersalah!” seru Surati. Raden Banterang menganggap ucapan istrinya itu mengada-ada. Maka, Raden Banterang segera menghunus keris yang terselip di pinggangnya. Bersamaan itu pula, Surati melompat ke tengah sungai lalu menghilang.
Tidak berapa lama, terjadi sebuah keajaiban. Bau nan harum merebak di sekitar sungai. Melihat kejadian itu, Raden Banterang berseru dengan suara gemetar. “Istriku tidak berdosa! Air kali ini harum baunya!” Betapa menyesalnya Raden Banterang. Ia meratapi kematian istrinya, dan menyesali kebodohannya. Namun sudah terlambat.
Sejak itu, sungai menjadi harum baunya. Dalam bahasa Jawa disebut Banyuwangi. Banyu artinya air dan wangi artinya harum. Nama Banyuwangi kemudian menjadi nama kota Banyuwangi.
Penceritaan Isi Kembali
Zaman dahulu di kawasan ujung timur Propinsi Jawa Timur terdapat sebuah kerajaan besar yang diperintah oleh seorang Raja yang adil dan bijaksana. Raja tersebut mempunya seorang anak laki-laki yang bernama raden banterang. Raden Banterang sangatlah senang berburu dan mengajak para abdinya. Suatu ketika raden Baterang pergi ke hutan dengan abdinya. Di hutan ia melihat seokor kijang, dan ia ingin sekali memburunya. Tapi kijang itu lari melarikan diri. Tapi tiba-tiba di hutan ia melihat wanita cantik. Raden Banterang banterang lalu berkenalan dengannya. Ternyata perempuan cantik itu bernama surati dari desa Klungkung. Raden Banterang jatuh cinta kepada Surati. Raden Banterang kemudian menikah dengan Surati. Surati merasa ditolong oleh Raden Banterang oleh karena itu ia mau dinikahinya.
Pada suatu hari, puteri Raja Klungkung berjalan-jalan sendirian ke luar istana. Tidak berapa lama ada seorang laki-laki memangil Surati. Laki-laki itu berpakaian sangat compang-camping. Ternyata laki-laki itu adalah kakak kandung Surati yang bernama Rupaksa. Ia meminta adiknya untuk membalaskan dendam atas kematian ayahnya. Tetapi Surati menolak akan hal itu walaupun kakaknya begitu meyakinkanya. Rupaksa akhirnya menyerah dan menyerahkan ikat kepala kepada Surati agar di simpannya dibawah bantalnya. Surati menerima hal itu. Disisi lain, Rupaksa kakak Surati menemui Raden Banterang dan mengatakan nahwa Surati ingin membunuhnya dengan bukti ikat kepala di bawah bantal tempat tidurnya. Raden Baterang mempercayai hal itu. Raden banterang berniat untuk membunuh Surati di sebuah sungai sebelum ia dibunuh Surati. Walaupun Surati telah menjelaskan kejadian sebenarnya, tetapi suaminya tidak mempercayainya. Akhirnya, Surati diceburkan ke sungai oleh Raden Banterang. Sebelumnya Surati mengungkap kejujuranya jika ia di ceburkan dan sungai tersebut berbau tidak wangi maka ia berbohong, tetapi jika berbau wangi maka Surati tidak berbohong atas hal ini. Maka setelah Surati diceburkan ke sungai, sungai itu berbau harum dan membuktikan bahwa Surati tidak berbohong. Menyesalah raden Banterang atas hal ini. Sejak saat itu daerah tersebut diberi nama Banyuwangi.
2. Komentar
Menurut saya, legenda “ Asal Mula Banyuwangi” itu sangat lah bagus ceritanya. Legenda tersebut mengambarkan banyag sosok-sosak yang dapat kita ambil watak dalam tokoh tersebut, dan watak-watak yang baik dapat kita jadikan contoh dalam diri kita. Misalnya saja sosok Surati istri dari Raden Banterang yang memiliki sifat jujur dan tau berbalas budi dengan orang lain. Legenda tersebut juga mengambarkan hal-hal negatife yang tidak baik di lakukan oleh manusia yang sekiranya dapat menjadi pembelajaran dalam diri kita.
3. Kesimpulan
Cerita prosa rakyat adalah salah satu bentuk atau genre folklore yang banyak diteliti. Cerita prosa rakyat sendiri adalah karangan yang tidak terikat persajakan. Jenis prosa sendiri ada tiga yaitu mite, legenda, dongeng. Dalam tugas ini saya mengambil cerita prosa yang berjenis legenda.
Dalam legenda tersebut saya dapat menyimpulkan bahwa legenda sendiri adalah suatu cerita yang dipercaya benar-benar terjadi yang masih dapat kita saksikan hasilnya oleh manusia sekarang ini dan legenda sendiri dianggap sebagai sejarah kolektif. Contoh dari legenda sendiri adalah seperti yang saya tuliskan yaitu Asal Mula Banyuwangi yang sekarang menjadi nama kota “Banyuwangi”, serta bisa juga Roro Jonggrang dan masih banyak legenda yang dapat kita pelajari.
Legenda “Asal Mula banyuwangi” yang saya ceritakan ini pastinya mempunyai hal-hal yang dapat kita ambil pesan atau moral yang disampaikan dalam legenda tersebut yang bernilai baik yang dapat kita jadikan contoh.
Pesan yang Disampaikan dalam Legenda Asal Mula Banyuwangi :
• Bahwa manusia hidup itu tidak lepas dari bantuan orang lain atau biasa disebut mahluk sosia yang pada hakekatnya harus saling tolong menolong. Dalam legenda tersebut menceritakan Sukati yang mau balas budi dengan Raden Banterang yang telah menolongnya sehingga ia mau dinikahi.
• Sebagai manusia kita harus mempunyai sifat jujur dalam keadaan apapun.
• Bahwasanya tidak selalu kejahatan dibalas dengan kejahatan. Balaslah kejahatan seseorang dengan suatu kebaikan, lama-lama orang yang jahat itu akan luluh hatinya dengan kebaikan yang kita lakukan.
• Janganlah kita cepat menurut dengan perintah orang lain jika perintah tersebut tidak baik, walaupun perintah tersebut datang dari keluarga kita sendiri. Seperti yang dilakukan oleh kakak Sukati yng mempengaruhi Sukati untuk membalas dendam karena kematian ayah mereka.
• Berfikirlah terlebih dahulu sebelum melakukan sebuah tindakan. Berfikirlah jangan hanya satu kali. Berfikir, berfikir, dan berfikir barulah lakukan sebuah tindakan agar tidak menyesal nantinya jika kita hanya berfikir sekali dan langsung melakukan tindakan.
4. Sumber Legenda “Asal Mula Banyuwangi”
Saya mengambil dua sumber dari legenda tersebut agar saling melengkapi, walaupun juga terdapat perbedaan, tetapi inti cerita tersebut adalah sama.
Sumber :
• Buku : 27 Cerita Rakyat karangan MB. Rahimsyah
Daftar Pustaka
1. Rahimsyah M.2006. 27 Cerita Rakyat. Solo : Bringin 55
Tidak ada komentar:
Posting Komentar