Rabu, 01 Januari 2014

KISAH SEEKOR KUPU-KUPU-Analisis Sekuen



Kisah Seekor Kupu-Kupu

Di sebuah kota kecil yang tenang dan indah, ada sepasang laki-laki dan perempuan yang saling mencintai. Mereka selalu bersama memandang matahari terbit di puncak gunung, bersama di pesisir pantai menghantar matahari senja. Setiap orang yang bertemu dengan mereka tidak bisa tidak akan menghantar dengan pandangan kagum dan doa bahagia. Mereka saling mengasihi satu sama lain. Namun pada suatu hari, malang sang lelaki mengalami luka berat akibat sebuah kecelakaan. Ia berbaring di atas ranjang pasien beberapa malam tidak sadarkan diri di rumah sakit. Siang hari sang perempuan menjaga di depan ranjang dan dengan tiada henti memanggil-memanggil kekasih yang tidak sadar sedikitpun.

Malamnya ia ke gereja kecil di kota tersebut dan tak lupa berdoa kepada Tuhan Agar kekasihnya selamat. Air matanya sendiri hampir kering karena menangis sepanjang hari.

Seminggu telah berlalu, sang lelaki tetap pingsan tertidur seperti dulu, sedangkan si perempuan telah berubah menjadi pucat pasi dan lesu tidak terkira, namun ia tetap dengan susah payah bertahan.

Akhirnya pada suatu hari Tuhan terharu oleh keadaan perempuan yang setia dan teguh itu, lalu memutuskan memberikan kepada perempuan itu sebuah pengecualian kepada dirinya.

Tuhan bertanya kepadanya "Apakah kamu benar-benar bersedia menggunakan nyawamu sendiri untuk menukarnya?".

Si perempuan tanpa ragu sedikitpun menjawab "Ya".

Tuhan berkata "Baiklah, Aku bisa segera membuat kekasihmu sembuh kembali, namun kamu harus berjanji untuk mau menjelma menjadi kupu-kupu selama 3 tahun.

Pertukaran seperti ini apakah kamu juga bersedia?". Si perempuan terharu setelah mendengarnya dan dengan jawaban yang pasti menjawab "saya bersedia!".

Tak terasa, hari telah terang. Si perempuan telah menjadi seekor kupu-kupu yang indah. Ia mohon Diri pada Tuhan lalu segera kembali ke rumah sakit. Alhasil, lelaki itu benar-benar telah siuman, bahkan ia sedang berbicara dengan seorang dokter. Namun sayang, ia tidak dapat mendengarnya sebab ia tak bisa masuk ke ruang itu. Dengan di sekati oleh kaca, ia hanya bisa memandang kekasihnya itu dari jauh.

Beberapa hari kemudian, sang lelaki telah sembuh. Namun ia sama sekali tidak bahagia. Ia mencari keberadaan sang perempuan pada setiap orang yang lewat, namun tidak ada yang tahu sebenarnya sang perempuan telah pergi kemana.

Sang lelaki sepanjang hari tidak makan dan istirahat terus mencari. Ia begitu rindu kepadanya, begitu inginnya bertemu dengan sang kekasih, namun sang perempuan Yang telah berubah menjadi kupu-kupu bukankah setiap saat selalu berputar di sampingnya? Hanya saja ia tidak bisa berteriak, tidak bisa memeluk. Ia hanya bisa memandangnya secara diam - diam.

Musim panas telah berakhir, angin musim gugur yang sejuk meniup jatuh daun pepohonan. Kupu-kupu mau tidak mau harus meninggalkan tempat tersebut lalu terakhir kali ia terbang dan hinggap di atas bahu sang lelaki.

Ia bermaksud menggunakan sayapnya yang kecil halus membelai wajahnya, menggunakan mulutnya yang kecil lembut mencium keningnya. Namun tubuhnya yang kecil dan lemah benar-benar tidak boleh di ketahui olehnya, sebuah gelombang suara tangisan yang sedih hanya dapat di dengar oleh kupu-kupu itu sendiri dan mau tidak mau, dengan berat hati, ia meninggalkan kekasihnya terbang ke arah yang jauh dengan membawa harapan.

Dalam sekejap telah tiba musim semi yang kedua, sang kupu-kupu dengan tidak sabarnya segera terbang kembali mencari kekasihnya yang lama di tinggalkannya. Namun di samping bayangan yang tak asing lagi ternyata telah berdiri seorang perempuan cantik. Dalam sekilas itu sang kupu-kupu nyaris jatuh dari angkasa. Ia benar-benar tidak percaya dengan pemandangan di depan matanya sendiri. Lebih tidak percaya lagi dengan omongan yang di bicarakan banyak orang. Orang-orang selalu menceritakan ketika hari natal, betapa parah sakit sang lelaki. Melukiskan betapa baik dan manisnya dokter perempuan itu. Bahkan melukiskan betapa sudah sewajarnya percintaan mereka dan tentu saja juga melukiskan bahwa sang lelaki sudah bahagia seperti dulu kala.

Sang kupu-kupu sangat sedih. Beberapa hari berikutnya ia seringkali melihat kekasihnya sendiri membawa perempuan itu ke gunung memandang matahari terbit, menghantar matahari senja di pesisir pantai. Segala yang pernah di milikinya dahulu dalam sekejap tokoh utamanya telah berganti seorang perempuan lain, sedangkan ia sendiri selain kadangkala bisa hinggap di atas bahunya, namun tidak dapat berbuat apa-apa.

Musim panas tahun ini sangat panjang. Sang kupu - kupu setiap hari terbang rendah dengan tersiksa dan ia sudah tidak memiliki keberanian lagi untuk mendekati kekasihnya sendiri.

Bisikan suara antara ia dengan perempuan itu, ia dan suara tawa bahagianya sudah cukup membuat hembusan napas dirinya berakhir, karenanya sebelum musim panas berakhir, sang kupu-kupu telah terbang berlalu. Bunga bersemi dan layu. Bunga layu dan bersemi lagi. Bagi seekor kupu-kupu, waktu seolah-olah hanya menandakan semua ini.

Musim panas pada tahun ketiga, sang kupu-kupu sudah tidak sering lagi pergi mengunjungi kekasihnya sendiri. Sang lelaki bekas kekasihnya itu mendekap perlahan bahu si perempuan, mencium lembut wajah perempuannya sendiri. Sama sekali tidak punya waktu memperhatikan seekor kupu-kupu yang hancur hatinya apalagi mengingat masa lalu.

Tiga tahun perjanjian Tuhan dengan sang kupu-kupu sudah akan segera berakhir, dan pada saat hari yang terakhir, kekasih si kupu-kupu melaksanakan pernikahan dengan perempuan itu.
Dalam kapel kecil telah dipenuhi orang-orang. Sang kupu-kupu secara diam-diam masuk ke dalam dan hinggap perlahan di atas pundak Tuhan. Ia mendengarkan sang kekasih yang berada dibawah berikrar di hadapan Tuhan dengan mengatakan "saya bersedia menikah dengannya!".

Ia memandangi sang kekasih memakaikan cincin ke tangan perempuan itu, kemudian memandangi mereka berciuman dengan mesranya lalu mengalirlah air mata sedih sang kupu-kupu.

Dengan pedih hati Tuhan menarik napas "Apakah kamu menyesal?"

Sang kupu-kupu mengeringkan air matanya "Tidak".

Tuhan lalu berkata di sertai seberkas kegembiraan, "Besok kamu sudah dapat kembali menjadi dirimu sendiri".

Sang kupu-kupu menggeleng-gelengkan kepalanya "Biarkanlah aku menjadi kupu-kupu seumur hidup".

Lalu berkatalah dia (kupu-kupu), “Ada beberapa kehilangan merupakan takdir. Ada beberapa pertemuan adalah yang tidak akan berakhir selamanya. Mencintai seseorang tidak mesti harus memiliki, namun memiliki seseorang maka harus benar-benar mencintainya. Sekian.

ANALISIS SEKUEN :
Berdasarkan 3 urutan, yaitu tekstual, kronologis, dan logis.
v  Urutan tekstual
1.      Sepasang laki-laki dan perempuan saling mencintai hidup di kota kecil tenang  dan indah.
1.1   Sepasang laki-laki dan perempuan selalu bersama memandang matahari terbit di puncak gunung.
1.2   Sepasang laki-laki dan perempuan selalu bersama di pesisir pantai menghantar matahari senja.
1.3   Orang-orang lewat melihat dengan pandangan kagum dan doa bahagia.
1.4   Sepasang laki-laki dan perempuan saling mengasihi satu sama lain.
2.      Sang lelaki tertimpa kemalangan suatu hari.
2.1   Sang lelaki luka berat akibat kecelakaan.
2.2   Sang lelaki berbaring di atas ranjang pasien beberapa malam.
2.3   Sang lelaki tidak sadarkan diri di rumah sakit.
2.4   Si perempuan menjaga di depan ranjang siang hari.
2.5   Si perempuan tiada henti memanggil-memanggil kekasih yang tidak sadar.
3.      Si perempuan ke gereja kecil di kota tersebut malamnya.
3.1   Si perempuan berdoa kepada Tuhan agar kekasihnya selamat.
3.2   Air mata si perempuan hampir kering karena menangis sepanjang hari.
4.      Sang lelaki tetap pingsan tertidur.
4.1   Si perempuan berubah pucat pasi.
4.2   Si perempuan lesu tak terkira,
4.3   Si perempuan tetap susah payah bertahan.
5.      Tuhan terharu melihat keadaan si perempuan.
5.1   Tuhan memutuskan memberi si perempuan sebuah pengecualian.
5.2   Tuhan menjanjikan untuk dapat menyembuhkan kekasih si perempuan dengan pertukaran.
5.3   Tuhan menukar kesembuhan sang lelaki dengan si perempuan menjelma menjadi kupu-kupu selama 3 tahun.
5.4   Si perempuan tanpa ragu sedikitpun mengiyakan tawaran Tuhannya.
6.      Si perempuan telah menjadi seekor kupu-kupu yang indah di saat hari mulai terang.
6.1   Si perempuan mohon diri pada Tuhan untuk  segera kembali ke rumah sakit.
6.2   Sang lelaki benar-benar telah siuman,
6.3   Sang lelaki terlihat sedang berbicara dengan seorang dokter.
6.4   Si kupu-kupu tidak dapat mendengarnya.
6.5   Si kupu-kupu hanya bisa memandang kekasihnya dari jauh.
7.      Sang lelaki telah sembuh.
7.1   Sang lelaki sama sekali tidak bahagia.
7.2   Sang lelaki mencari keberadaan sang perempuan pada setiap orang yang lewat.
7.3   Orang-orang tidak ada yang tahu sebenarnya sang perempuan pergi kemana.
8.      Sang lelaki sepanjang hari tidak makan dan istirahat terus mencari.
8.1   Sang lelaki begitu rindu pada si perempuan.
8.2   Sang lelaki begitu inginnya bertemu dengan sang kekasih,
8.3   Si perempuan (kupu-kupu) sebenarnya selalu berada di samping sang lelaki.
8.4   Si perempuan (kupu-kupu) tidak bisa berteriak, tidak bisa memeluk.
8.5   Si perempuan hanya bisa memandang secara diam-diam.
9.      Musim panas berakhir, angin musim gugur yang sejuk meniup jatuh daun pepohonan.
9.1   Si kupu-kupu mau tidak mau harus meninggalkan tempat tersebut.
9.2   lalu terakhir kali si perempuan terbang dan hinggap di atas bahu sang lelaki.
9.3   Si kupu-kupu bermaksud menggunakan sayapnya yang kecil halus membelai wajah sang lelaki.
9.4   Si kupu-kupu menggunakan mulutnya yang kecil lembut mencium kening sang lelaki.
9.5   Tubuh si kupu-kupu yang kecil dan lemah benar-benar tidak diketahui oleh Sang lelaki.
9.6   Si kupu-kupu mengeluarkan gelombang suara tangisan sedih yang hanya di dengar kupu-kupu itu sendiri.
9.7   Si kupu-kupu (perempuan) meninggalkan kekasihnya terbang ke arah yang jauh membawa harapan.
10.  Musim semi kedua telah tiba.
10.1 Si kupu-kupu dengan tidak sabar segera terbang kembali mencari kekasihnya.
10.2 Si kupu-kupu tatkala itu melihat kekasihnya berdiri dengan seorang perempuan cantik.
10.3 Sekilas si kupu-kupu nyaris jatuh dari angkasa.
10.4 Si kupu-kupu benar-benar tidak percaya dengan pemandangan di depan matanya sendiri.
10.5 Si kupu-kupu lebih tidak percaya lagi dengan omongan yang dibicarakan banyak orang.
10.6 Orang-orang selalu menceritakan saat hari natal lalu ketika betapa parah sakit sang lelaki.
10.7 Orang-orang melukiskan betapa baik dan manisnya dokter perempuan itu.
10.8 Orang-orang melukiskan betapa sudah sewajarnya percintaan mereka dan tentu juga melukiskan bahwa sang lelaki sudah bahagia seperti dulu kala.
11. Si kupu-kupu sangat sedih
11.1 Si kupu-kupu seringkali melihat kekasihnya membawa perempuan itu ke gunung memandang matahari terbit, menghantar matahari senja di pesisir pantai.
11.2 Si kupu-kupu merasa segala yang pernah di milikinya dahulu dalam sekejap tokoh utamanya telah berganti seorang perempuan lain.
11.3 Si kupu-kupu sendiri selain kadangkala bisa hinggap di atas bahunya, namun tidak dapat berbuat apa-apa.
12. Musim panas tahun itu sangat panjang.
12.1 Si kupu-kupu setiap hari terbang rendah dengan tersiksa.
12.2 Si kupu-kupu  sudah tidak memiliki keberanian lagi untuk mendekati kekasihnya sendiri.
12.3 Bisikan suara antara sang lelaki dengan perempuan itu dan suara tawa bahagianya cukup membuat hembusan napas si kupu-kupu berakhir,
12.4 Si kupu-kupu telah terbang berlalu sebelum musim panas berakhir karena itu.
12.5 Waktu seolah-olah hanya menandakan semua ini bagi seekor kupu-kupu.
13. Si kupu-kupu sudah tidak sering lagi pergi mengunjungi kekasihnya di musim panas tahun ketiga.
13.1 Sang lelaki bekas kekasihnya itu mendekap perlahan bahu si perempuan, mencium lembut wajah perempuannya sendiri.
13.2 Sang lelaki sama sekali tidak punya waktu memperhatikan seekor kupu-kupu yang hancur hatinya apalagi mengingat masa lalu.
14. Tiga tahun perjanjian Tuhan dengan sang kupu-kupu sudah akan segera berakhir.
14.1 Kekasih si kupu-kupu melaksanakan pernikahan dengan perempuan itu.
14.2 Kapel kecil telah dipenuhi orang-orang.
14.3 Sang kupu-kupu secara diam-diam masuk ke dalam dan hinggap perlahan di atas pundak Tuhan.
14.4 Si kupu-kupu mendengarkan sang kekasih yang berada dibawah berikrar di hadapan Tuhan dengan mengatakan "saya bersedia menikah dengannya!".
15. Si kupu-kupu memandangi sang kekasih memakaikan cincin ke tangan perempuan itu.
15.1 Si kupu-kupu memandangi mereka berciuman dengan mesranya.
15.2 Mengalirlah air mata sedih sang kupu-kupu.
16. Tuhan dengan pedih hati menarik napas dan bertanya.
16.1 Si kupu-kupu mengeringkan air matanya dan mengatakan "Tidak".
16.2 Tuhan lalu berkata di sertai seberkas kegembiraan, "Besok kamu sudah dapat kembali menjadi dirimu sendiri".
16.3 Si kupu-kupu menggeleng-gelengkan kepalanya.
16.4 Si kupu-kupu mengatakan,"Biarkanlah aku menjadi kupu-kupu seumur hidup".
16.5 Si kupu-kupu berkata lagi, “Ada beberapa kehilangan merupakan takdir, ada beberapa pertemuan adalah yang tidak akan berakhir selamanya, mencintai seseorang tidak mesti harus memiliki, namun memiliki seseorang maka harus benar-benar mencintainya.

Teks Kisah Seekor Kupu-kupu memiliki dua tingkatan sekuen, yaitu :
ü  Kisah Seekor Kupu-kupu  à  Alur sederhana  à Seperti cerpen lainya
ü  ∑sekuen = 93 sekuen à 16 sekuen besar & 77  sekuen kecil
ü  Dengan demikian, Kisah Seekor Kupu-kupu  terdiri atas 2 tingkatan sekuen, yaitu sekuen tingkatan pertama dan sekuen tingkatan kedua

v  Urutan kronologis
 Berdasarkan urutan peristiwanya secara kronologis maka urutan peristiwa dalam teks Kisah Seekor Kupu-kupu ini bergerak lurus dan tidak ada pengulangan. Urutan peristiwa (disingkat P) berdasarkan sekuen, maka P1 (sekuen 1 : 1.1 - 1.4) diikuti P2 (sekuen 2 : 2.1 - 2.5), diikuti P3 (sekuen 3 : 3.1 - 3.2), diikuti P4 (sekuen 4 : 4.1 - 4.3), diikuti P5 (sekuen 5 : 5.1 - 5.4), diikuti P6 (sekuen 6 : 6.1 - 6.5), diikuti P7 (sekuen 7 : 7.1 - 7.3), diikuti P8 (sekuen 8 : 8.1 - 8.5), diikuti P9 (sekuen 9 : 9.1 - 9.7), diikuti P10 (sekuen 10 : 10.1 - 10.8), diikuti P11 (sekuen 11 : 11.1 - 11.3), diikuti P12 (sekuen 12 : 12.1 - 12.5), diikuti P13 (sekuen 13 : 13.1 - 13.2), diikuti P14 (sekuen 14 : 14.1 - 14.4),diikuti P15 (sekuen 15 : 15.1 - 15.2), diikuti P16 (sekuen 16 : 16.1 - 16.5)
v  Urutan Logis
Urutan logis dipaparkan berdasarkan hubungan sebab-akibat. Analisis ini menekankan logika cerita, sebab logika merupakan dasar struktur. Urutan alur cerpen Kisah Seekor Kupu-kupu  mempunyai hubungan sebab-akibat (kausalitas).
Sekuen 1 (1.1 - 1.4) hanya berisi pengenalan tokoh dan dan latar (setting) yang digunakan. mempunyai hubungan sebab-akibat (kausalitas) dengan sekuen 2.
Sekuen 2 (2.1 - 2.5) Sang lelaki tertimpa kemalangan suatu hari. Sang lelaki itu luka berat dan tidak sadarkan diri di rumah sakit. Si perempuan menjaga di depan ranjang siang hari dan tiada henti memanggil-memanggil kekasihnya yang tidak sadar itu, mempunyai hubungan sebab-akibat (kausalitas) dengan sekuen 3.
Sekuen 3 (3.1 - 3.2) Si perempuan ke gereja kecil di kota tersebut malamnya. Dia berdoa kepada Tuhan agar kekasihnya selamat. Air matanya hampir kering karena menangis sepanjang hari, mempunyai hubungan sebab-akibat (kausalitas) dengan sekuen 4.
Sekuen 4 (4.1 - 4.3) Sang lelaki tetap pingsan tertidur. Si perempuan berubah pucat pasi, dan dia tetap susah payah bertahan, mempunyai hubungan sebab-akibat (kausalitas) dengan sekuen 5.
Sekuen 5 (5.1 - 5.4) Tuhan terharu melihat keadaan si perempuan. Akhirnya Tuhan memutuskan untuk memberi dia sebuah pengecualian. Tuhan menjanjikan untuk dapat menyembuhkan kekasihnya, si perempuan harus menjelma menjadi kupu-kupu selama 3 tahun. Dan tanpa ragu sedikitpun, diapun mengiyakan tawaran Tuhannya, mempunyai hubungan sebab-akibat (kausalitas) dengan sekuen 6.
Sekuen 6 (6.1 - 6.5) Si perempuan telah berubah menjadi seekor kupu-kupu yang indah di saat hari mulai terang. Lalu mohon diri pada Tuhan untuk  segera kembali ke rumah sakit dan sang lelaki benar-benar telah siuman, tetapi si kupu-kupu hanya bisa memandang kekasihnya dari jauh, mempunyai hubungan sebab-akibat (kausalitas) dengan sekuen 7.
Sekuen 7 (7.1 - 7.3) Sang lelaki telah sembuh. Namun, dia sama sekali tidak bahagia. Dia mencari keberadaan sang perempuan pada setiap orang yang lewat. Orang-orang pun tidak ada yang tahu sebenarnya sang perempuan pergi kemana, mempunyai hubungan sebab-akibat (kausalitas) dengan sekuen 8.
Sekuen 8 (8.1 - 8.5) Sang lelaki begitu rindu pada si perempuan. Dia begitu inginnya bertemu dengan sang kekasih, Si perempuan (kupu-kupu) sebenarnya selalu berada di samping sang lelaki. Namun si perempuan hanya bisa memandang secara diam-diam, mempunyai hubungan sebab-akibat (kausalitas) dengan sekuen 9.
Sekuen 9 (9.1 - 9.7) Si kupu-kupu mau tidak mau harus meninggalkan tempat tersebut karena musim panas berakhir. Lalu, terakhir kali terbang dan hinggap di atas bahu sang lelaki, kemudian meninggalkan kekasihnya terbang ke arah yang jauh membawa harapan, mempunyai hubungan sebab-akibat (kausalitas) dengan sekuen 10.
Sekuen 10 (10.1 - 10.8) Musim semi kedua telah tiba. Si kupu-kupu dengan tidak sabar segera terbang kembali mencari kekasihnya.Tatkala itu, ia melihat kekasihnya berdiri dengan seorang perempuan cantik. Sekilas si kupu-kupu nyaris jatuh dari angkasa. Dia benar-benar tidak percaya dengan pemandangan di depan matanya sendiri, mempunyai hubungan sebab-akibat (kausalitas) dengan sekuen 11.
Sekuen 11 (11.1 - 11.3) Si kupu-kupu sangat sedih. Bahkan seringkali melihat kekasihnya membawa perempuan itu ke gunung memandang matahari terbit, menghantar matahari senja di pesisir pantai. Si kupu-kupu merasa segala yang pernah di milikinya dahulu dalam sekejap tokoh utamanya telah berganti seorang perempuan lain, mempunyai hubungan sebab-akibat (kausalitas) dengan sekuen 12.

Sekuen 12 (12.1 - 12.5) Si kupu-kupu setiap hari terbang rendah dengan tersiksa. Dia sudah tidak memiliki keberanian lagi untuk mendekati kekasihnya sendiri. Bisikan suara antara sang lelaki dengan perempuan itu dan suara tawa bahagianya cukup membuat hembusan napas si kupu-kupu berakhir. Karena itu, si kupu-kupu telah terbang berlalu sebelum musim panas berakhir, mempunyai hubungan sebab-akibat (kausalitas) dengan sekuen 13.

Sekuen 13 (13.1 - 13.2) Si kupu-kupu sudah tidak sering lagi pergi mengunjungi kekasihnya di musim panas tahun ketiga. Sang lelaki bekas kekasihnya itu mendekap perlahan bahu si perempuan, mencium lembut wajah perempuannya itu sendiri. Sang lelaki sama sekali tidak punya waktu memperhatikan seekor kupu-kupu yang hancur hatinya apalagi mengingat masa lalu, mempunyai hubungan sebab-akibat (kausalitas) dengan sekuen 14.
Sekuen 14 (14.1 - 14.4) Tiga tahun perjanjian Tuhan dengan sang kupu-kupu sudah akan segera berakhir. Kekasih si kupu-kupu melaksanakan pernikahan dengan perempuan itu. Si kupu-kupu secara diam-diam masuk ke dalam dan hinggap perlahan di atas pundak Tuhan dan mendengarkan sang kekasih yang berada dibawah berikrar di hadapan Tuhan dengan mengatakan "saya bersedia menikah dengannya!", mempunyai hubungan sebab-akibat (kausalitas) dengan sekuen 15.

Sekuen 15 (15.1 - 15.2) Si kupu-kupu memandangi sang kekasih memakaikan cincin ke tangan perempuan itu. Dia juga memandangi mereka berciuman dengan mesranya. Dan mengalirlah air mata sedih si kupu-kupu, mempunyai hubungan sebab-akibat (kausalitas) dengan sekuen 16.

Sekuen 16 (16.1 - 16.5) Tuhan dengan pedih hati menarik napas lalu berkata di sertai seberkas kegembiraan, "Besok kamu sudah dapat kembali menjadi dirimu sendiri". Si kupu-kupu menggeleng-gelengkan kepalanya. Lalu ia mengatakan,"Biarkanlah aku menjadi kupu-kupu seumur hidup". Dan berkata lagi, “Ada beberapa kehilangan merupakan takdir, ada beberapa pertemuan adalah yang tidak akan berakhir selamanya, mencintai seseorang tidak mesti harus memiliki, namun memiliki seseorang maka harus benar-benar mencintainya.

Pesan :
beberapa kehilangan merupakan takdir, ada beberapa pertemuan adalah yang tidak akan berakhir selamanya, mencintai seseorang tidak mesti harus memiliki, namun memiliki seseorang maka harus benar-benar mencintainya.
Terkadang memang cinta membuat kita terbawa hanyut olehnya. Kadang kita melamun, tertawa, sedih dan menangis.
Dengan demikian, sebuah cinta mampu memaksa kita untuk melakukan apapun.
Rela berkorban untuk orang kita cintai, walaupun pengorbanan itu sebenarnya menghancurkan kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar