Kisah Seekor Kupu-Kupu
Di sebuah kota kecil yang tenang dan indah, ada
sepasang laki-laki dan perempuan yang saling mencintai. Mereka selalu bersama
memandang matahari terbit di puncak gunung, bersama di pesisir pantai
menghantar matahari senja. Setiap orang yang bertemu dengan mereka tidak bisa
tidak akan menghantar dengan pandangan kagum dan doa bahagia. Mereka saling
mengasihi satu sama lain. Namun pada suatu hari, malang sang lelaki mengalami
luka berat akibat sebuah kecelakaan. Ia berbaring di atas ranjang pasien
beberapa malam tidak sadarkan diri di rumah sakit. Siang hari sang perempuan
menjaga di depan ranjang dan dengan tiada henti memanggil-memanggil kekasih
yang tidak sadar sedikitpun.
Malamnya ia ke gereja kecil di kota tersebut dan tak lupa
berdoa kepada Tuhan Agar kekasihnya selamat. Air matanya sendiri hampir kering
karena menangis sepanjang hari.
Seminggu telah berlalu, sang lelaki tetap pingsan
tertidur seperti dulu, sedangkan si perempuan telah berubah menjadi pucat pasi
dan lesu tidak terkira, namun ia tetap dengan susah payah bertahan.
Akhirnya pada suatu hari Tuhan terharu oleh keadaan
perempuan yang setia dan teguh itu, lalu memutuskan memberikan kepada perempuan
itu sebuah pengecualian kepada dirinya.
Tuhan bertanya kepadanya "Apakah kamu benar-benar
bersedia menggunakan nyawamu sendiri untuk menukarnya?".
Si perempuan tanpa ragu sedikitpun menjawab
"Ya".
Tuhan berkata "Baiklah, Aku bisa segera membuat
kekasihmu sembuh kembali, namun kamu harus berjanji untuk mau menjelma menjadi
kupu-kupu selama 3 tahun.
Pertukaran seperti ini apakah kamu juga
bersedia?". Si perempuan terharu setelah mendengarnya dan dengan jawaban
yang pasti menjawab "saya bersedia!".
Tak terasa, hari telah terang. Si perempuan telah
menjadi seekor kupu-kupu yang indah. Ia mohon Diri pada Tuhan lalu segera
kembali ke rumah sakit. Alhasil, lelaki itu benar-benar telah siuman, bahkan ia
sedang berbicara dengan seorang dokter. Namun sayang, ia tidak dapat
mendengarnya sebab ia tak bisa masuk ke ruang itu. Dengan di sekati oleh kaca,
ia hanya bisa memandang kekasihnya itu dari jauh.
Beberapa hari kemudian, sang lelaki telah sembuh.
Namun ia sama sekali tidak bahagia. Ia mencari keberadaan sang perempuan pada
setiap orang yang lewat, namun tidak ada yang tahu sebenarnya sang perempuan telah
pergi kemana.
Sang lelaki sepanjang hari tidak makan dan istirahat
terus mencari. Ia begitu rindu kepadanya, begitu inginnya bertemu dengan sang
kekasih, namun sang perempuan Yang telah berubah menjadi kupu-kupu bukankah setiap
saat selalu berputar di sampingnya? Hanya saja ia tidak bisa berteriak, tidak
bisa memeluk. Ia hanya bisa memandangnya secara diam - diam.
Musim panas telah berakhir, angin musim gugur yang
sejuk meniup jatuh daun pepohonan. Kupu-kupu mau tidak mau harus meninggalkan tempat
tersebut lalu terakhir kali ia terbang dan hinggap di atas bahu sang lelaki.
Ia bermaksud menggunakan sayapnya yang kecil halus
membelai wajahnya, menggunakan mulutnya yang kecil lembut mencium keningnya.
Namun tubuhnya yang kecil dan lemah benar-benar tidak boleh di ketahui olehnya,
sebuah gelombang suara tangisan yang sedih hanya dapat di dengar oleh kupu-kupu
itu sendiri dan mau tidak mau, dengan berat hati, ia meninggalkan kekasihnya terbang
ke arah yang jauh dengan membawa harapan.
Dalam sekejap telah tiba musim semi yang kedua, sang
kupu-kupu dengan tidak sabarnya segera terbang kembali mencari kekasihnya yang
lama di tinggalkannya. Namun di samping bayangan yang tak asing lagi ternyata telah
berdiri seorang perempuan cantik. Dalam sekilas itu sang kupu-kupu nyaris jatuh
dari angkasa. Ia benar-benar tidak percaya dengan pemandangan di depan matanya
sendiri. Lebih tidak percaya lagi dengan omongan yang di bicarakan banyak
orang. Orang-orang selalu menceritakan ketika hari natal, betapa parah sakit
sang lelaki. Melukiskan betapa baik dan manisnya dokter perempuan itu. Bahkan
melukiskan betapa sudah sewajarnya percintaan mereka dan tentu saja juga
melukiskan bahwa sang lelaki sudah bahagia seperti dulu kala.
Sang kupu-kupu sangat sedih. Beberapa hari berikutnya
ia seringkali melihat kekasihnya sendiri membawa perempuan itu ke gunung
memandang matahari terbit, menghantar matahari senja di pesisir pantai. Segala
yang pernah di milikinya dahulu dalam sekejap tokoh utamanya telah berganti seorang
perempuan lain, sedangkan ia sendiri selain kadangkala bisa hinggap di atas
bahunya, namun tidak dapat berbuat apa-apa.
Musim panas tahun ini sangat panjang. Sang kupu - kupu
setiap hari terbang rendah dengan tersiksa dan ia sudah tidak memiliki
keberanian lagi untuk mendekati kekasihnya sendiri.
Bisikan suara antara ia dengan perempuan itu, ia dan
suara tawa bahagianya sudah cukup membuat hembusan napas dirinya berakhir,
karenanya sebelum musim panas berakhir, sang kupu-kupu telah terbang berlalu.
Bunga bersemi dan layu. Bunga layu dan bersemi lagi. Bagi seekor kupu-kupu, waktu
seolah-olah hanya menandakan semua ini.
Musim panas pada tahun ketiga, sang kupu-kupu sudah
tidak sering lagi pergi mengunjungi kekasihnya sendiri. Sang lelaki bekas kekasihnya
itu mendekap perlahan bahu si perempuan, mencium lembut wajah perempuannya
sendiri. Sama sekali tidak punya waktu memperhatikan seekor kupu-kupu yang
hancur hatinya apalagi mengingat masa lalu.
Tiga tahun perjanjian Tuhan dengan sang kupu-kupu sudah
akan segera berakhir, dan pada saat hari yang terakhir, kekasih si kupu-kupu
melaksanakan pernikahan dengan perempuan itu.
Dalam kapel kecil telah dipenuhi orang-orang. Sang
kupu-kupu secara diam-diam masuk ke dalam dan hinggap perlahan di atas pundak
Tuhan. Ia mendengarkan sang kekasih yang berada dibawah berikrar di hadapan Tuhan
dengan mengatakan "saya bersedia menikah dengannya!".
Ia memandangi sang kekasih memakaikan cincin ke tangan
perempuan itu, kemudian memandangi mereka berciuman dengan mesranya lalu
mengalirlah air mata sedih sang kupu-kupu.
Dengan pedih hati Tuhan menarik napas "Apakah
kamu menyesal?"
Sang kupu-kupu mengeringkan air matanya
"Tidak".
Tuhan lalu berkata di sertai seberkas kegembiraan,
"Besok kamu sudah dapat kembali menjadi dirimu sendiri".
Sang kupu-kupu menggeleng-gelengkan kepalanya
"Biarkanlah aku menjadi kupu-kupu seumur hidup".
Lalu berkatalah dia (kupu-kupu), “Ada beberapa
kehilangan merupakan takdir. Ada beberapa pertemuan adalah yang tidak akan
berakhir selamanya. Mencintai seseorang tidak mesti harus memiliki, namun
memiliki seseorang maka harus benar-benar mencintainya. Sekian.
ANALISIS
SEKUEN :
Berdasarkan
3 urutan, yaitu tekstual, kronologis, dan logis.
v Urutan
tekstual
1.
Sepasang
laki-laki dan perempuan saling mencintai hidup di kota kecil tenang dan indah.
1.1 Sepasang laki-laki dan perempuan selalu bersama
memandang matahari terbit di puncak gunung.
1.2 Sepasang laki-laki dan perempuan selalu bersama di
pesisir pantai menghantar matahari senja.
1.3 Orang-orang lewat melihat dengan pandangan kagum dan
doa bahagia.
1.4 Sepasang laki-laki dan perempuan saling mengasihi satu
sama lain.
2. Sang lelaki tertimpa kemalangan suatu hari.
2.1 Sang lelaki luka berat akibat kecelakaan.
2.2 Sang lelaki berbaring di atas ranjang pasien beberapa
malam.
2.3 Sang lelaki tidak sadarkan diri di rumah sakit.
2.4 Si perempuan menjaga di depan ranjang siang hari.
2.5 Si perempuan tiada henti memanggil-memanggil kekasih
yang tidak sadar.
3. Si perempuan ke gereja kecil di kota tersebut malamnya.
3.1 Si perempuan berdoa kepada Tuhan agar kekasihnya
selamat.
3.2 Air mata si perempuan hampir kering karena menangis
sepanjang hari.
4. Sang lelaki tetap pingsan tertidur.
4.1 Si perempuan berubah pucat pasi.
4.2 Si perempuan lesu tak terkira,
4.3 Si perempuan tetap susah payah bertahan.
5. Tuhan terharu melihat keadaan si perempuan.
5.1 Tuhan memutuskan memberi si perempuan sebuah pengecualian.
5.2 Tuhan menjanjikan untuk dapat menyembuhkan kekasih si
perempuan dengan pertukaran.
5.3 Tuhan menukar kesembuhan sang lelaki dengan si
perempuan menjelma menjadi kupu-kupu selama 3 tahun.
5.4 Si perempuan tanpa ragu sedikitpun mengiyakan tawaran
Tuhannya.
6. Si perempuan telah menjadi seekor kupu-kupu yang indah
di saat hari mulai terang.
6.1 Si perempuan mohon diri pada Tuhan untuk segera kembali ke rumah sakit.
6.2 Sang lelaki benar-benar telah siuman,
6.3 Sang lelaki terlihat sedang berbicara dengan seorang
dokter.
6.4 Si kupu-kupu tidak dapat mendengarnya.
6.5 Si kupu-kupu hanya bisa memandang kekasihnya dari
jauh.
7. Sang lelaki telah sembuh.
7.1 Sang lelaki sama sekali tidak bahagia.
7.2 Sang lelaki mencari keberadaan sang perempuan pada
setiap orang yang lewat.
7.3 Orang-orang tidak ada yang tahu sebenarnya sang
perempuan pergi kemana.
8. Sang lelaki sepanjang hari tidak makan dan istirahat
terus mencari.
8.1 Sang lelaki begitu rindu pada si perempuan.
8.2 Sang lelaki begitu inginnya bertemu dengan sang
kekasih,
8.3 Si perempuan (kupu-kupu) sebenarnya selalu berada di
samping sang lelaki.
8.4 Si perempuan (kupu-kupu) tidak bisa berteriak, tidak
bisa memeluk.
8.5 Si perempuan hanya bisa memandang secara diam-diam.
9. Musim panas berakhir, angin musim gugur yang sejuk
meniup jatuh daun pepohonan.
9.1 Si kupu-kupu mau tidak mau harus meninggalkan tempat
tersebut.
9.2 lalu terakhir kali si perempuan terbang dan hinggap di
atas bahu sang lelaki.
9.3 Si kupu-kupu bermaksud menggunakan sayapnya yang kecil
halus membelai wajah sang lelaki.
9.4 Si kupu-kupu menggunakan mulutnya yang kecil lembut
mencium kening sang lelaki.
9.5 Tubuh si kupu-kupu yang kecil dan lemah benar-benar
tidak diketahui oleh Sang lelaki.
9.6 Si kupu-kupu mengeluarkan gelombang suara tangisan
sedih yang hanya di dengar kupu-kupu itu sendiri.
9.7 Si kupu-kupu (perempuan) meninggalkan kekasihnya terbang
ke arah yang jauh membawa harapan.
10. Musim semi kedua telah tiba.
10.1
Si kupu-kupu dengan tidak sabar segera terbang kembali mencari kekasihnya.
10.2
Si kupu-kupu tatkala itu melihat kekasihnya berdiri dengan seorang perempuan
cantik.
10.3
Sekilas si kupu-kupu nyaris jatuh dari angkasa.
10.4
Si kupu-kupu benar-benar tidak percaya dengan pemandangan di depan matanya
sendiri.
10.5
Si kupu-kupu lebih tidak percaya lagi dengan omongan yang dibicarakan banyak
orang.
10.6
Orang-orang selalu menceritakan saat hari natal lalu ketika betapa parah sakit
sang lelaki.
10.7
Orang-orang melukiskan betapa baik dan manisnya dokter perempuan itu.
10.8
Orang-orang melukiskan betapa sudah sewajarnya percintaan mereka dan tentu juga
melukiskan bahwa sang lelaki sudah bahagia seperti dulu kala.
11.
Si kupu-kupu sangat sedih
11.1
Si kupu-kupu seringkali melihat kekasihnya membawa perempuan itu ke gunung
memandang matahari terbit, menghantar matahari senja di pesisir pantai.
11.2
Si kupu-kupu merasa segala yang pernah di milikinya dahulu dalam sekejap tokoh
utamanya telah berganti seorang perempuan lain.
11.3
Si kupu-kupu sendiri selain kadangkala bisa hinggap di atas bahunya, namun
tidak dapat berbuat apa-apa.
12.
Musim panas tahun itu sangat panjang.
12.1
Si kupu-kupu setiap hari terbang rendah dengan tersiksa.
12.2
Si kupu-kupu sudah tidak memiliki
keberanian lagi untuk mendekati kekasihnya sendiri.
12.3
Bisikan suara antara sang lelaki dengan perempuan itu dan suara tawa bahagianya
cukup membuat hembusan napas si kupu-kupu berakhir,
12.4
Si kupu-kupu telah terbang berlalu sebelum musim panas berakhir karena itu.
12.5
Waktu seolah-olah hanya menandakan semua ini bagi seekor kupu-kupu.
13.
Si kupu-kupu sudah tidak sering lagi pergi mengunjungi kekasihnya di musim
panas tahun ketiga.
13.1
Sang lelaki bekas kekasihnya itu mendekap perlahan bahu si perempuan, mencium
lembut wajah perempuannya sendiri.
13.2
Sang lelaki sama sekali tidak punya waktu memperhatikan seekor kupu-kupu yang
hancur hatinya apalagi mengingat masa lalu.
14.
Tiga tahun perjanjian Tuhan dengan sang kupu-kupu sudah akan segera berakhir.
14.1
Kekasih si kupu-kupu melaksanakan pernikahan dengan perempuan itu.
14.2
Kapel kecil telah dipenuhi orang-orang.
14.3
Sang kupu-kupu secara diam-diam masuk ke dalam dan hinggap perlahan di atas
pundak Tuhan.
14.4
Si kupu-kupu mendengarkan sang kekasih yang berada dibawah berikrar di hadapan
Tuhan dengan mengatakan "saya bersedia menikah dengannya!".
15.
Si kupu-kupu memandangi sang kekasih memakaikan cincin ke tangan perempuan itu.
15.1
Si kupu-kupu memandangi mereka berciuman dengan mesranya.
15.2
Mengalirlah air mata sedih sang kupu-kupu.
16.
Tuhan dengan pedih hati menarik napas dan bertanya.
16.1
Si kupu-kupu mengeringkan air matanya dan mengatakan "Tidak".
16.2
Tuhan lalu berkata di sertai seberkas kegembiraan, "Besok kamu sudah dapat
kembali menjadi dirimu sendiri".
16.3
Si kupu-kupu menggeleng-gelengkan kepalanya.
16.4
Si kupu-kupu mengatakan,"Biarkanlah aku menjadi kupu-kupu seumur
hidup".
16.5
Si kupu-kupu berkata lagi, “Ada beberapa kehilangan merupakan takdir, ada
beberapa pertemuan adalah yang tidak akan berakhir selamanya, mencintai
seseorang tidak mesti harus memiliki, namun memiliki seseorang maka harus benar-benar
mencintainya.
Teks Kisah
Seekor Kupu-kupu memiliki
dua tingkatan sekuen, yaitu :
ü Kisah Seekor Kupu-kupu à Alur sederhana à
Seperti cerpen lainya
ü ∑sekuen = 93 sekuen à
16
sekuen besar & 77 sekuen kecil
ü Dengan demikian, Kisah
Seekor Kupu-kupu terdiri atas 2 tingkatan sekuen, yaitu sekuen tingkatan
pertama dan sekuen tingkatan kedua
v Urutan
kronologis
Berdasarkan urutan peristiwanya secara kronologis maka
urutan peristiwa dalam teks Kisah
Seekor Kupu-kupu ini bergerak
lurus dan tidak ada pengulangan. Urutan peristiwa (disingkat P) berdasarkan
sekuen, maka P1 (sekuen 1 : 1.1 - 1.4) diikuti P2 (sekuen 2 : 2.1 - 2.5), diikuti P3 (sekuen 3 : 3.1
- 3.2), diikuti P4 (sekuen 4 : 4.1 - 4.3), diikuti P5 (sekuen 5 : 5.1 - 5.4),
diikuti P6 (sekuen 6 : 6.1 - 6.5), diikuti P7 (sekuen 7 : 7.1 - 7.3), diikuti
P8 (sekuen 8 : 8.1 - 8.5), diikuti P9 (sekuen 9 : 9.1 - 9.7), diikuti P10
(sekuen 10 : 10.1 - 10.8), diikuti P11 (sekuen 11 : 11.1 - 11.3), diikuti P12
(sekuen 12 : 12.1 - 12.5), diikuti P13 (sekuen 13 : 13.1 - 13.2), diikuti P14
(sekuen 14 : 14.1 - 14.4),diikuti P15 (sekuen 15 : 15.1 - 15.2), diikuti P16
(sekuen 16 : 16.1 - 16.5)
v Urutan
Logis
Urutan logis dipaparkan berdasarkan hubungan
sebab-akibat. Analisis ini menekankan logika cerita, sebab logika merupakan
dasar struktur. Urutan alur cerpen
Kisah Seekor Kupu-kupu mempunyai hubungan sebab-akibat (kausalitas).
Sekuen 1 (1.1 - 1.4) hanya berisi pengenalan tokoh dan
dan latar (setting) yang digunakan. mempunyai hubungan sebab-akibat
(kausalitas) dengan sekuen 2.
Sekuen 2 (2.1 - 2.5) Sang
lelaki tertimpa kemalangan suatu hari. Sang lelaki itu luka berat dan tidak sadarkan
diri di rumah sakit. Si perempuan menjaga di depan ranjang siang hari dan tiada
henti memanggil-memanggil kekasihnya yang tidak sadar itu, mempunyai hubungan sebab-akibat (kausalitas) dengan
sekuen 3.
Sekuen 3 (3.1 - 3.2) Si
perempuan ke gereja kecil di kota tersebut malamnya. Dia berdoa
kepada Tuhan agar kekasihnya selamat. Air matanya hampir kering karena menangis sepanjang
hari, mempunyai hubungan sebab-akibat
(kausalitas) dengan sekuen 4.
Sekuen 4 (4.1 - 4.3) Sang
lelaki tetap pingsan tertidur. Si perempuan berubah pucat pasi, dan dia tetap susah
payah bertahan, mempunyai hubungan
sebab-akibat (kausalitas) dengan sekuen 5.
Sekuen 5 (5.1 - 5.4) Tuhan
terharu melihat keadaan si perempuan. Akhirnya Tuhan memutuskan untuk
memberi dia sebuah pengecualian. Tuhan menjanjikan untuk dapat menyembuhkan
kekasihnya, si perempuan harus menjelma menjadi kupu-kupu selama 3 tahun. Dan tanpa ragu sedikitpun, diapun mengiyakan tawaran Tuhannya, mempunyai hubungan sebab-akibat (kausalitas) dengan
sekuen 6.
Sekuen 6 (6.1 - 6.5) Si
perempuan telah berubah menjadi seekor kupu-kupu yang indah di saat hari mulai
terang. Lalu mohon diri pada Tuhan untuk segera kembali ke rumah sakit dan sang lelaki
benar-benar telah siuman, tetapi si kupu-kupu hanya bisa memandang kekasihnya
dari jauh, mempunyai hubungan
sebab-akibat (kausalitas) dengan sekuen 7.
Sekuen 7 (7.1 - 7.3) Sang
lelaki telah sembuh. Namun, dia sama sekali tidak bahagia. Dia mencari
keberadaan sang perempuan pada setiap orang yang lewat. Orang-orang pun tidak
ada yang tahu sebenarnya sang perempuan pergi kemana, mempunyai hubungan sebab-akibat (kausalitas) dengan
sekuen 8.
Sekuen 8 (8.1 - 8.5) Sang
lelaki begitu rindu pada si perempuan. Dia begitu inginnya bertemu
dengan sang kekasih, Si perempuan (kupu-kupu) sebenarnya selalu berada di
samping sang lelaki. Namun si perempuan hanya bisa memandang secara diam-diam, mempunyai hubungan sebab-akibat (kausalitas) dengan
sekuen 9.
Sekuen 9 (9.1 - 9.7) Si kupu-kupu
mau tidak mau harus meninggalkan tempat tersebut karena musim panas berakhir. Lalu, terakhir
kali terbang dan hinggap di atas bahu sang lelaki, kemudian meninggalkan
kekasihnya terbang ke arah yang jauh membawa harapan, mempunyai hubungan sebab-akibat (kausalitas) dengan
sekuen 10.
Sekuen 10 (10.1 - 10.8) Musim semi kedua telah tiba. Si kupu-kupu dengan tidak sabar segera terbang kembali
mencari kekasihnya.Tatkala itu, ia melihat kekasihnya berdiri dengan seorang
perempuan cantik. Sekilas si kupu-kupu nyaris jatuh dari angkasa. Dia benar-benar
tidak percaya dengan pemandangan di depan matanya sendiri, mempunyai hubungan sebab-akibat (kausalitas) dengan
sekuen 11.
Sekuen 11 (11.1 - 11.3) Si kupu-kupu sangat sedih. Bahkan seringkali melihat kekasihnya membawa
perempuan itu ke gunung memandang matahari terbit, menghantar matahari senja di
pesisir pantai. Si kupu-kupu merasa segala yang pernah di milikinya dahulu
dalam sekejap tokoh utamanya telah berganti seorang perempuan lain, mempunyai hubungan sebab-akibat (kausalitas) dengan
sekuen 12.
Sekuen
12 (12.1 - 12.5) Si kupu-kupu setiap hari terbang rendah dengan tersiksa. Dia
sudah tidak memiliki keberanian lagi untuk mendekati kekasihnya sendiri. Bisikan
suara antara sang lelaki dengan perempuan itu dan suara tawa bahagianya cukup
membuat hembusan napas si kupu-kupu berakhir. Karena itu, si kupu-kupu telah
terbang berlalu sebelum musim panas berakhir, mempunyai hubungan sebab-akibat (kausalitas) dengan
sekuen 13.
Sekuen 13 (13.1 - 13.2) Si kupu-kupu
sudah tidak sering lagi pergi mengunjungi kekasihnya di musim panas tahun
ketiga. Sang lelaki bekas kekasihnya itu mendekap perlahan bahu si perempuan,
mencium lembut wajah perempuannya itu sendiri. Sang lelaki sama sekali tidak
punya waktu memperhatikan seekor kupu-kupu yang hancur hatinya apalagi
mengingat masa lalu, mempunyai hubungan
sebab-akibat (kausalitas) dengan sekuen 14.
Sekuen 14 (14.1 - 14.4) Tiga tahun
perjanjian Tuhan dengan sang kupu-kupu sudah akan segera berakhir. Kekasih si
kupu-kupu melaksanakan pernikahan dengan perempuan itu. Si kupu-kupu secara
diam-diam masuk ke dalam dan hinggap perlahan di atas pundak Tuhan dan mendengarkan
sang kekasih yang berada dibawah berikrar di hadapan Tuhan dengan mengatakan
"saya bersedia menikah dengannya!", mempunyai hubungan sebab-akibat (kausalitas) dengan sekuen
15.
Sekuen 15 (15.1 - 15.2) Si
kupu-kupu memandangi sang kekasih memakaikan cincin ke tangan perempuan itu.
Dia juga memandangi mereka berciuman dengan mesranya. Dan mengalirlah air mata
sedih si kupu-kupu, mempunyai hubungan
sebab-akibat (kausalitas) dengan sekuen 16.
Sekuen 16 (16.1 - 16.5) Tuhan dengan
pedih hati menarik napas lalu berkata di sertai seberkas kegembiraan,
"Besok kamu sudah dapat kembali menjadi dirimu sendiri". Si kupu-kupu
menggeleng-gelengkan kepalanya. Lalu ia mengatakan,"Biarkanlah aku menjadi
kupu-kupu seumur hidup". Dan berkata lagi, “Ada beberapa kehilangan
merupakan takdir, ada beberapa pertemuan adalah yang tidak akan berakhir
selamanya, mencintai seseorang tidak mesti harus memiliki, namun memiliki
seseorang maka harus benar-benar mencintainya.
Pesan :
beberapa
kehilangan merupakan takdir, ada beberapa pertemuan adalah yang tidak akan
berakhir selamanya, mencintai seseorang tidak mesti harus memiliki, namun
memiliki seseorang maka harus benar-benar mencintainya.
Terkadang memang cinta membuat kita terbawa hanyut
olehnya. Kadang kita melamun, tertawa, sedih dan menangis.
Dengan demikian, sebuah cinta mampu memaksa kita
untuk melakukan apapun.
Rela berkorban untuk orang kita cintai, walaupun
pengorbanan itu sebenarnya menghancurkan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar